Iklan :

8 November 2013

Antara Sadar dan Takut



Kenapa Negeri ini tidak pernah mau belajar, tidak mau berubah dan tidak mau dewasa. Kita sudah belajar dari tahun 1998 dimana kekuasaan diruntuhkan dan rasa takut mulai segera hilang. Apa dampak dari kerusuhan dari 1998 tersebut telah membuka satu keberanian yang terkunci rapat berjalan keluar dan terus merongrong bangsa ini. 
Sudah tidak bisa Negeri ini dipaksa, sudah tidak bisa Negeri ini ditakut-takuti karena memang Negeri ini sudah terlalu berani untuk menentang apa yang mereka tidak senang.

Pernahkah kita menyadari antara takut dengan sadar memiliki dampak yang berbeda untuk Negeri ini. Saya tidak yakin kalau saja orang yang pintar yang duduk dikursi mahalnya tidak mengerti tentang perbedaan antara sadar dan takut. 

Melarang orang untuk tidak membuang sampah sembarangan dengan menodongkan pistol, hmm ... itu sudah gaya lama, kenapa kita tidak menumbuhkan kesadarannya agar mereka mengetahui dampak yang akan mereka dapatkan ketika mereka terus membuang sampah ditempat yang bukan semestinya. 

Sudah tidak bisa kita berbicara keras dengan berharap orang lain akan takut kepada diri kita, karena sekarang keberanian sedang berada diatas rata-rata. Pemimpin yang pintar adalah pemimpin yang mampu menumbuhkan kesadaran bagaiman menjaga semuanya agar tetap berjalan dengan sebagaimana mestinya. 

Jangan gunakan kekuatan hanya untuk menakut-nakuti orang yang lebih lemah, akan tetapi selalu bekerja samalah dengan siapapun guna tercapai satu mutual yang sangat baik. Orang yang kuat belum tentu tidak perlu orang yang lemah, dan begitu juga dengan sebaliknya. 

Ketika kita berada dipuncak posisi, berada dipucuk pimpinan, maka kita terkadang lupa bahwa kita adalah makhluk sosial yang memang sangat membutuhkan. Dia tidak pernah bersyukur dia bisa berada diatas karena ada orang yang dibawahnya, dia bisa memimpin karena ada yang dipimpin, dia bisa kaya karena ada yang miskin. 

Coba bagaimana kita tahu dia orang yang paling kaya kalau tidak ada yang lebih miskin dari dia ? 

Itu sudah merupakan mutual yang harus kita bersama fikirkan. Tidak ada mahluk dimuka bumi ini yang terlahir tanpa membawa manfaat bagi alam semesta ini, tidak ada. Semua memiliki manfaat, semua memiliki tugasnya masing-masing. 

Saya tertawa terbahak-bahak kalau ada orang yang berbicara "ah, dia .... kalau gak ada gue juga dia gak bisa kayak sekarang .." ??? 

HhuahHAHAHAHAHahahahahah ..... 

Bukannya Anda kalau tidak ada orang tua Anda juga tidak ada sekarang ? 
Lalu apa bedanya ? 

Bukannya semua sudah takdirnya begitu ? 
Dia bisa sukses memang takdir, dan lewat Anda dia sukses yah memang ujian kesombongan untuk Anda, kenapa gak nyadar yah ? 

Semua yang terlahir sudah tersurat, dan semua yang lahir sudah tersirat. Siapapun dia, dan apapun dia sudahlah tidak usah dibicarakan tentang apa yang Anda kerjakan untuk dia. Suatu saat Anda bisa naik dan ada yang bicara seperti itu pasti Anda akan menjawab "iya tapi kan itu kerja keras saya" .... 
Maka itu tidak akan pernah selesai. 

Yang sudah membantu sadarlah bahwa kita sudah semestinya saling membantu, dan yang dibantu sadarlah bahwa Anda memang sudah dipantaskan untuk berada ditempat Anda yang sekarang, namun bantulah yang belum menjadi seperti Anda. 

Tidak usah membentak agar orang lain menjalankan perintah Anda, itu sudah tidak laku untuk jaman sekarang. Berikan edukasi yang memang bisa membuat mereka sadar bahwa apa yang mereka lakukan haruslah dirubah, jika memang kita sama-sama ingin keluar dari akar permasalahan. 

Lakukan pola fikir yang berkelompok, dari kelompok kecil sampai dengan kelompok besar. Tidak usah keras-keras berbicara, cukup dengan dibicarakan dengan baik dan mengajak orang lain untuk berdiskusi mencari jalan keluar bersama. 

Ketika kita satu kantor memiliki beberapa orang team yang sama dengan kita, dan ada yang dibawah kita, anggap mereka semua sama dengan kita. Jangan pernah membeda-bedakan siapa Anda dan apakah Anda. Karena Jabatan itu kerennya dikantor doang, selebihnya pola fikir Andalah yang dinilai oleh orang yang tidak sekantor dengan Anda. 

Jangan lagi membangun ketakutan, tapi mulailah bangun kesadaran. Seperti Negeri ini harus tersadar bahwa saja Negeri ini sudah merdeka. Seperti Negeri ini harus tersadar bahwa Negeri ini adalah Negeri yang kaya akan hasil alamnya. Seperti Negeri ini harus sadar bahwa Negeri ini adalah Negeri yang Indah. 

Sadarkah kita ? 
(Kalau belum sadar juga lekaslah kekamar mandi dan guyur muka Anda dengan Air, karena itulah yang membuat Anda tersadar dari mimpi Anda).






Salam Kreatif, 




@rie fabian -
















2 comments:

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.