Iklan :

11 November 2013

Co Branding di Sebuah Bank


Banyak Perusahaan yang melakukan strategi Co Branding dalam usulan pemasarannya. Kalau saja kita pergi kesebuah Store A dan disana kita temukan Brand B nangkring disana, sudah hampir bisa dipastikan ini merupakan hubungan kerja sama antar brand yang sering disebut dengan Co Branding. 
Ada yang efisien dan ada juga yang menurut saya jadi gak praktis. Ini dikaitkan dengan pengalaman saya beberapa hari yang lalu, ketika saya mengantarkan kawan saya membuka rekening kesebuah Bank Swasta.

Dia membuka tabungan dengan penggunaan ATM disana. Dan setelah selesai semua ada tawaran, ingin menggunakan sms banking pak ? 

Kebetulan sekali kawan saya ini membuka 2 rekening di Bank yang sama. Pada awalnya dia sudah memiliki rakening di Bank tersebut, dan sekarang ia membuka rekening yang kedua dengan nama yang sama pada Bank yang sama juga. 

Pertanyaannya ternyata bisa yah ? 
Saya pun baru tahu ketika saya mengantarkan kawan saya tersebut. Rekening pertama ia gunakan untuk meletakkan uang pribadinya dan rekening keduanya dia ingin gunakan sebagai transaksi. Jadilah dia memiliki 2 Rekening di Bank yang sama dengan nama yang sama juga. 

Setelah itu, sang CS memberitahukan bahwa nomer yang digunakan sekarang sudah terdaftar pada rekening yang pertama, jadi dia tidak bisa mendaftarkan nomer tersebut kerekening yang kedua, 

WHAT ??? 

Jadi kawan saya itu diberikan chip dan didaftarkan untuk sms banking nya. Ini pasti kesalahan system dari provider tersebut. Karena kartu yang dia gunakan dengan kartu yang diberikan oleh pihak CS sama, dan akan terjadi Redudancy bukan ? 

Sekarang pertanyaannya apakah ini satu strategi yang efisien ? 

Setelah keluar dari Bank maka kartu baru yang diberikan yang sudah didaftarkan sms Banking hanya digeletakkan dan tidak digunakan sampai sekarang. Sekalipun itu telah didaftarkan untuk penggunaan SMS banking, gak worth it aja kalau sampai dia beli Hp Baru untuk provider yang sama demi SMS Bangking. Mending aja dia daftarkan I Banking untuk transaksinya. 

Menurut saya Provider harusnya memikirkan hal ini, karena banyaknya simcard yang terlepas dari para agen termasuk dari pola penjualan cross Selling seperti pada sebuah Bank tadi akan menjadi data yang tidak akurat kepada penggunaan itu sendiri. 

Mungkin benar dalam satu bulan ada pelanggan baru provider tersebut dalam jumlah 10.000 berdasarkan hitungan dari penjualan simcard yang laku dipasaran lewat metode jualan apapun. Akan tetapi kalau 9000 nya itu terjadi hampir sama dengan kejadian kawan saya, maka sama saja mereka membuang 9000 simcard mereka, karena notebenennya itu tidak akan digunakan. 

Jadi setiap melakukan kegiatan yang merupakan bagian dari strategi penjualan, ada baiknya dievaluasi per jangka pendek. Karena itu akan melahirkan dampak dan masalah baru bagi si Perusahaan kalau memang tidak dapat dampak yang baik dikemudian harinya. 

Apalagi jika kita berbicara penjualan gratis seperti diatas. Kita tahu dengan membagikan simcard gratis seperti metode penjualan diatas, mereka berharap return dari pembelanjaan pulsa disetiap simcardnya. Tapi lagi-lagi apakah ini adalah strategi yang baik ? 

Semuanya dikembalikan lagi kepada mereka ..... 






Salam Kreatif, 




@rie fabian -











1 comments:

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.