Iklan :

20 September 2013

Mobiil Murah & Barometer Konsumtif


Jika saya berbicara tentang ketidaksukaan saya pada kebijakan mobil murah, maka banyak kawan-kawan saya yang menyinyir omongan saya. Perkaranya selalu bukan permasalahan murah atau tidaknya, barometer murah sekarang mendorong kita terus mengkomsumsi produk-produk buatan luar Negeri. 
Ketika bangunan jalan nontol disekitaran Casablanca (kuningan) menuju kampung melayu selesai, maka hampir bisa dipastikan pada saat itu juga ada puluhan ribu mobil murah tumpah dijalanan. Maka itu akan bisa dipastikan selebar apapun jalan maka tidak akan bisa menampung kuota mobil yang terus menerus memadati jalanan Ibukota ini.

Sesaat saya membaca salah satu statement dari Menteri Perindustrian kita dikoran maya, dimana beliau mengatakan bahwa mobil murah ini bukan hanya untuk Jakarta saja seolah menjadi kamuflase yang basi banget. Karena kita sama-sama tahu kalau saja kita lihat annual penjualannya sudah pasti Jakartalah penyumbang pemasukan mereka terbesar. 

Kenapa kebijakannya dibuat hanya untuk daerah saja dimana mereka memang masih memerlukan sarana transportasi yang cukup banyak. Tapi tidak untuk di Jakarta. 

Dan coba kita tengok kebijakan ini : 

Pada September 2010, Wapres Boediono menginstruksikan "17 Langkah Atasi Kemacetan Jakarta", yaitu:

1. Berlakukan electronic road pricing (ERP);
2. Sterilkan jalur busway;
3. Kaji parkir on-street disertai penegakan hukum;
4. Perbaiki sarana-prasarana jalan;
5. Tambah jalur busway hingga mencapai 12 koridor;
6. Untuk angkutan transportasi siapkan harga bahan bakar gas (BBG) khusus;
7. Tertibkan angkutan umum liar, terutama bis kecil yang tak efisien;
8. Optimalkan kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek dengan re-routing, hanya akan single operation;
9. Tertibkan angkutan liar sekaligus tempat perhentiannya;
10. Bangun layanan mass rapid transit (MRT) jalur Lebak Bulus-Bundaran HI;
11. Bentuk Otoritas Transportasi Jakarta (OTJ);
12. Tambah jalan tol. Rencananya akan dibangun 6 ruas jalan tambahan;
13. Batasi kendaraan bermotor;
14. Siapkan lahan park and ride untuk mengurangi kendaraan serta untuk mendukung penggunaan KRL;
15. Bangun double-double track KRL Jabodetabek ruas Manggarai-Cikarang,
16. Percepat pembangunan lingkar-dalam KRL yang diintegrasikan dengan sistem MRT;
17. Percepat pembangunan kereta api (KA) bandara.

Saya garis bawahi point ke 13 dimana disitu sangat jelas, akan tetapi kenapa masih bisa seorang Menteri melanggar kebijakan seorang Wakil Presiden ? 

Seberapa besar pajak yang dihasilkan dari hasil penjualan mobil tentu tidak sebanding jika Jakarta akan mengalami lumpuh total. Pada saat kuota jalan dan kuota kendaraan sudah tidak imbang akhirnya. 

Dan saya sepakat, jika memang akhirnya orang kelas menengah akhirnya mampu memiliki mobil dengan adanya mobil murah ini. Ini tidak terlalu membahayakan samplingnya. Yang lebih membahayakan adalah ketika orang-orang kaya diluar sana yang membelikan anak-anak mereka kendaraan khususnya mobil untuk yang masih duduk di Sekolah Menengah (SMP). 

Karena buat mereka membeli dengan harga yang dikatakan murah ditambah lagi dengan pajak progrsif yang gak worth it itu menurut mereka gak masalah buat mereka. 

Kenapa yah para pemimpin kita tidak mengkajinya lebih dalam masalah sebab akibat yang akan ditimbulkan oleh sebuah kebijakan yang mereka keluarkan.

Alangkah lebih baiknya infrastruktur dibenahi terlebih dahulu baru dibuat sebuah system yang bisa mengatur volume kendaraan barulah menambah kuota. Setidaknya itu jauh lebih bijak, daripada mengajarkan kita untuk selalu konsumtif karena terus ditawarkan dengan janji kata "murah". 

Saya bakal terbayang, akhirnya ini tidak akan sampai kebawah kok. Untuk orang yang menengah akan mikir dua kali untuk membeli walaupun dikatakan murah. Murah harga mobilnya tidak cukup jika memang jalanannya semakin macet, karena harga bensin pun sudah sangat mengganggu kesehatan kantong ditambah lagi biaya perawatan mobil nantinya. 

Dan akhirnya yang bersorak-sorak adalah orang-orang yang melihat harga mobil "murah" tersebut seperti membeli soft drink di supermaket. 

Yah sudahlah, saya memang cuma orang kecil yang sangat merasa terganggu oleh kemacetan Jakarta saja. Karena keseharian saya melintas melewati jalan-jalan di Jakarta ini. Hampir bisa dipastikan tidak akan bisa berbuat banyak kecuali menuangkannya didalam blog saya ini. 

Menurut Anda bagaimana ? 






Salam Kreatif, 



@rie fabian - 






2 comments:

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.