Jakarta, kota dengan sejuta permasalahannya. Kemarin saya kebetulan sekali singgah dibeberapa tempat yang letaknya berada di Kota Jakarta. Menunggangi motor mengarungi sepanjang jalan di Jakarta. Sempat beberapa kali saya melihat beberapa pemandangan yang tidak lazim, yang selalu menjadi polemik di Ibukota tercinta kita ini.
Hal yang tidak lazim itu adalah "sampah". Selain sampah masyarakat, sampah yang sesungguhnya pun memang sangat menjadi PR yang besar untuk ibukota kita ini. Bahkan beberapa musibahpun selalu datang silih berganti ke Ibukota kita tercinta ini.
Masih ingat bukan dengan foto diatas ?
Bagaimana kita bisa lupa, pemandangan yang tak lazim yang ada di kota besar seperti Jakarta. Banjir tahun ini memang menjadi satu pecutan yang luar biasa, dimana kota Jakarta hampir tergenang banjir besar. Jalan besar seperti Jl. Moh. Husni Thamrin bisa tergenang oleh air. Satu hal yang luar biasa bukan ?
Belum lagi kita tidak akan bisa lupa, tragedi di Plaza UOB yang memilukan hati yang menewaskan beberapa orang yang berada di basement gedung itu.
Sangat memilukan hati memang, tapi yang lebih memilukan lagi seakan tidak pernah dijadikan pelajaran dari hal ini. Kenapa saya sebut tidak dijadikan pelajaran, karena sampai saat ini pun tetap tidak ada kesadaran kita untuk menjaga bahkan mencegah hal ini agar tidak terjadi kembali.
Satu permasalahan yang paling mendasar dari pencegahan banjir ini adalah "Sampah". Kemarin selintas di berjalan di Jakarta saya masih melihat orang yang hobi mengotori kali dengan sampah. Bahkan persis didepan saya, orang yang membawa sampah entah dari mana lalu membuangnya di kali persis disamping kiri saya.
Tragis memang, seakan tidak peduli kepada saudaranya yang lain yang sama haknya untuk singgah dibumi kita tercinta ini. Dia tidak mau tahu apapun dampaknya terhadap sampah yang dia buang di kali ibukota itu.
Mungkin dia berfikir bahwa sampah sekantong plastiknya tidak akan membuat mampet kali tempat dia membuangnya. Tapi kalau dia berfikir sejenak kalau saja dia mencontohkan 1000 orang untuk berbuat hal yang sama, maka kali akan menjadi pemandangan yang paling tidak enak dilihat.
Dan jika sudah begini maka ini merupakan salah satu pemicu cepat banjirnya di Ibukota. Sampah memang permasalahan yang sangat luar biasa. Membangun Banjir Kanal Timur pun dirasa bukan penyelesaian masalah jika hanya akan dijadikan tempat sampah masal nantinya.
Dan jika sudah begini maka pucuk kesalahan kita sering serahkan kepada Pemerintah setempat. Padahal kita juga sudah sering melihat beberapa upaya pemerintah yang selalu mensosialisasikan penanggulangan pencegahan banjir, dan beberapa peraturan yang dijalankan dalam penegakkan hukum untuk membuang sampah.
Akan tetapi itu semua tidak bisa kita jadikan alasan bahwa kita selalu bilang Pemerintah kurang tegas. Nanti jika lebih tegas lagi rakyatnya marah, serba salah juga kalau difikir - fikir jadi Pemerintah yah ?
Jauh dari peraturan, sikap Pemerintah, Tata Kota, kesadaran lebih penting peranannya disini. Karena tidak akan ada yang bisa dilakukan oleh siapapun untuk mencegah orang yang tidak pernah sadar. Bahkan Tuhan pun menurunkan ayatnya ".... tidak akan merubah nasib satu kaum jika kaum itu tidak mau merubahnya".
Jadi jelas kesadaran jauh lebih penting dari apapun. Coba kalau kita berani menyalahkan diri kita sendiri atas apa yang kita lakukan terhadap bumi kita tercinta ini, maka jika sudah bisa menyalahkan diri sendiri dilanjutkan dengan merubah diri sendiri. Setidaknya itulah kesadaran.
Jangan dimulai dari saling menuding bahwa ini adalah ulah si Anu dan si Anu. Tapi mulailah dari melihat kedalam diri kita sendiri, apakah kita turut menyumbang sampah yang berada didalam sana, jika iya maka Anda sudah menyumbang bencana kepada kota dimana Anda tinggal.
Karena logikanya tidak mungkin ada orang yang tinggal diluar Jawa untuk datang ke Jawa dan hanya membuang sampah. Kecuali Negara tetangga saya yakin itu, yang sering membuang "sampah" mobil tua dan kondom bekasnya kedalam Negara kita.
Jadi kalau kita yang membuang sampah tersebut maka kita juga bukan yang akan rugi. Karena dampaj banjirnya akan datang ke kita dan mengetuk pintu depan rumah kita. Jika sudah begini kita hanya bisa bilang "Apa kerjanya sih Pemerintah ? " , jadi terkesan kurang adil dimata saya.
Jika kita mau maka kita bisa, setidaknya slogan itu dapat berguna buat kasus ini. Sekarang mari kita mulai melihat, mendengar dan mulai berbuat untuk membuat bumi kita selalu tersenyum.
Salam Kreatif,
@rie fabian -
0 comments:
Posting Komentar
Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.