Iklan :

24 Oktober 2012

End Result


Duduk kami diberanda dengan 4 gelas kopi. Berdiskusi dan bercerita tentang alur kehidupan. Lalu akhirnya kawan saya bercerita tentang akhir perjalanan, dengan diawali dengan kata "ada 4 orang bapak - bapak niy rie". Lalu akhirnya kami semua menyimak cerita yang ingin dia sampaikan. "Trus ?" 

Yang pertama adalah Bapak Santo (bukan nama sebenarnya), Bapak Santo umur 29 tahun menanjak keras, menjadi tukang daging dan sukses. Bapak gito memulai karir nya dari umur 29 dengan bekerja pada sebuah Pemerintahan. Lalu Bapak Yono masih menganggur diusia 29 tahun dengan kondisi beristri. Dan Satu lagi adalah Bapak Mamat dengan kondisi bekerja dan sangat berambisius pada umurnya ke 29 tahun.

Awal perjalanan sama start nya, pada usia ke 29 tahun dari 4 Orang Bapak - Bapak diatas. Bapak Santo melesat bag kilat. Pada saat keempat Bapak - Bapak yang lainnya memulainya dengan kondisi tidak sehebat Bapak Santo. Bapak Santo pada Usia ke 31 Tahun sudah memiliki mobil, bahkan orang pertama yang memiliki mobil digang nya. Dengan rentetan emas yang sangat buanyaak minta ampun. 

Sang Ambisius (Bapak Mamat) pun akhirnya menyusul memiliki mobil pada Usia 32 Tahun. Jadi sekarang kedua dari Bapak - Bapak itu telah memiliki mobil. Lalu pada usia ke 35 tahun Pak Santo turun drastis, dengan faktor dibohongi istri dan akhirnya harta yang dimiliki ludes bis, bis, bis. Sedangkan Sang Ambisus mulai terlihat sangat berkembang dengan pencapaiannya. 

Pak Yono dan Pak Gito pada umur 35 tahun, masing - masing memiliki mobil. Walau nampaknya mobil yang mereka beli second alias bekas. Usia 37 tahun akhirnya Pak Santo jatuh miskin karena usahanya mulai tidakn sehat, pengelolaan modal akhirnya tidak bisa berjalan, karena sebagian besar uangnya dibawa lari oleh istrinya. Dan akhirnya Pak Santo menjadi supir untuk Bapak Gito pada saat itu. 

Bapak Mamat terus melesat dengan karirnya, pada usia yang ke 37 akhirnya dia memiliki mobil 2 buah yang dia letakkan didalam garasinya. Terlihat Bapak Mamat ini selalu bekerja lebih dari batas waktu. Pergi pagi dan pulang malam, bahkan sesekali sangat larut malam. 

Intinya ke empat Bapak - Bapak ini memang berada dalam wilayah yang sama. Mereka pun sering berbincang bersama, tatkala itu adalah hari sabtu malam minggu. Kecuali Pak Mamat yang memang agak susah waktunya untuk berkumpul bersama, karena memang alasan pekerjaan merupakan hal yang membuatnya sulit untuk berbincang bersama dengan kawan - kawannya. 

Tiba kini mereka pada usia 48 tahun. Dimana posisinya Bapak Santo masih mengabdi kepada Bapak Gito dengan posisi Supir untuk Bapak Gito, Bapak Yono perlahan - lahan perekonomiannya membaik, dan yang menghebohkan adalah Bapak Mamat mengalami Stroke, setengah badannya tidak berfungsi. 

Perlahan Bapak Gito mencapai pencapaiannya. Menjadi pegawai negeri yang terbilang sukses. Dia dikenal sebagai Bapak disiplin dikantornya sehingga dia memang memiliki pengalaman yang lebih banyak untuk dikantornya. Sedangkan Bapak Yono dengan usaha pribadinya perlahan juga mulai susul menyusul dengan Bapak Gito. 

Pada umur 51 tahun Bapak Mamat tutup usia, itu dikarenakan penyakitnya sudah mulai parah dan akhirnya setelah dirawat selama beberapa waktu dirumah sakit akhirnya dia meninggalkan ketiga kawan - kawannya. Dan ketiganya datang diacara pemakaman Bapak Mamat. Lalu Bapak Santo masih menikmati pekerjaannya sebagai supir Bapak Gito dan Bapak Yono akhirnya menyaingi Bapak Gito. 

Diusia ke 52 tahun Bapak Yono membangun rumah mewah dengan membuat 3 tingkat rumahnya, lalu membuat model yang sangat minimalis dan terlihat mewah. Bapak Gito sudah menjabat menjadi Kabag pada Departemen di salah satu instansi pemerintahan. 

Umur 53 tahun akhirnya Bapak Yono pun jatuh sakit, yaitu sakit lever. Karena akhirnya enduran kerjanya menjadi sangat keras dibeberapa waktu belakangan ini. Yang mengakibatkan ia untuk menderita penyakit Lever. Ini tidak kronis memang, hanya butuh istirahat yang agak panjang maka kesehatannya bisa berangsur - angsur pulih. 

Bapak Gito terlihat menyiapkan usaha untuk tutup usia di 55 tahun. Itu dikarenakan pada usia 55 tahun dia akan pensiun. Lalu terlihat Bapak Gito mulai membangun empang untuk usaha ternak ikan Lele, dan beberapa kontrakan yang dia buat untuk Usianya yang ke 55 tahun. 

Umur 55 tahun pun sudah sampai, Bapak Gito sudah tidak memperkerjakan Bapak Santo kembali, karena memang Bapak Gito pun sudah tidak terlalu sibuk lagi, dan kini dia hanya mengurusi usahanya. Perlahan Bapak Yono sudah mulai nampak pulih dan mulai lagi (usahanya). 

Bapak Santo akhirnya menjadi supir angkutan Umum di salah satu trayek daerah Tangerang. Lalu Bapak Gito ternyata berhasil membangun usahanya. Hasil dari disiplin dikantornya memang sangat dirasakan pada saat dia membangun usaha pada usia tuanya. Bapak Yono akhirnya pun melemah dan kemudian meninggal pada Usia 61 tahun. Dan disusul oleh Bapak Mamat yang meninggal dikesendiriannya (tanpa Istri) pada usia ke 65 tahun. 

Dan sisanya, pada usia ke 65 tahun tampak pak Gito terlihat maju usahanya. Akhirnya dia kelola bersama kelurga dengan menyertakan anaknya untuk berusaha. Dan usahanya Bapak Gito maju sampai sekarang di usia ke 68 tahun dengan kondisi yang sehat walafiat menjalankan usahanya perlahan tapi pasti. 

"Oke Rie, bicara end result lo mau akhir perjalanan lo seperti siapa ? " 

Lalu saya menjawab :  " Tidak seperti keempatnya". 
Kawan saya : "kenapa begitu ?"

Pencapaian terkahir semua orang pasti berbeda - beda, walaupun ujung ceritanya pasti sama yaitu , pergi meninggalkan dunia ini. Tapi pencapaian kebahagiaannya berbeda - beda. Mungkin posisi Bapak Santo lebih mengenaskan nampaknya. Dengan kondisi dia hanya memiliki jangka waktu yang sangat singkat dengan kekayaannya. 

Tapi apakah itu berarti Bapak Santo tidak bahagia ?, mungkin dari cerita keempatnya Bapak Santo dapat menemukan kebahagiaan yang hakiki. Walau ditinggal oleh istri tapi beliau memiliki anak dan quality time nya sudah bisa dipastikan lebih dari ketiga Bapak - bapak yang lainnya. 

Lalu bagaimana dengan Bapak Mamat yang nampaknya sudah bahagia pada umurnya pada saat itu. Tapi semua kebahagiaan seperti tidak dirasa, karena pada saatnya puncaknya dia harus mengalami sakit yang lumayan sangat menyiksanya. Dan akhirnya apa yang dia capai tidak bisa dia nikmati dengan sempurna. 

Sedangkan dengan Bapak Gito akhirnya menemukan kebahagiaannya pada saat menjelang akhir. Walau perjalanan karirnya tidak buruk dengan prestasi. tapi dibandingkan dengan yang lain setidaknya ini lebih ideal daripada cerita ketiga Bapak lainnya. 

Sekarang kita biacarakan end result ala saya tidak keempatnya. Saya punya jalan sendiri dimana saya ingin menjadi diri saya sendiri. Ideal untuk diri kita sendiri tidak akan mungkin ada jika contohnya kita ambil dari orang lain. Karena ketika kehidupan orang lain kita adopsi menjadi kehidupan kita sudah pasti itu tidak ideal. 

End Result saya adalah menjalankan dengan sebaik - baiknya. Karena saya lebih ke Pegawai Swata yang mengatur segala sesuatunya sendiri. Membuat system, dan terus mencari bentuk terbaik dari usaha yang saya sedang jalani. 

Kebahagiaan itu relatif bentuknya. Dia bukan benda padat yang memiliki ukuran dan bentuk yang pasti. Masing - masing manusia memiliki bentuk yang berbeda - beda dalam menanggapi permasalahan kebahagiaan ini. Tapi apapun itu yang paling terpenting kita mengerti apa itu kebahagiaan dengan versi kita masing - masing. 

Tidak bisa satu sama lain memaksakan bentuk dari kebahagiaan itu sendiri. Karena jika akhirnya dilukiskan secara abstrak kedalam kain, maka kebahagiaan tadi akan memiliki hasil yang berbeda dari keempat Bapak yang diceritakan tadi. 

Mungkin mereka sangat bahagia dengan perannya masing - masing.

Jadi yang ideal itu tetap ada pada diri sendiri. 

Dan perdebatan itu diakhiri dengan pertanda kopi digelas mereka masing - masing sudah habis. Senang rasanya bisa bertukar ide, pengalaman, dan bentuk hidup bersama kawan - kawanku ini. 

Bagaimana menurutmu ? 




Salam Kreatif, 



@rie fabian - 







2 comments:

  1. pertama aku mau koreksi, yakin arie adalah pegawai swasta?
    bukannya seorang enterpreneur?

    setuju dengan pencapaian akhir bahagia setiap orang yang berbeda-beda tetapi kembali lagi bahwa kita hidup di dunia membutuhkan orang lain, apakah itu istri, anak, orang tua, masing-masing manusia memiliki porsi yang berbeda-beda dalam ketergantungnnya terhadap orang lain.
    meskipun seharusnya ia hanya boleh bergantung pada Tuhan tetapi actually tetap ada rasa ketergantungan terhadap manusia.

    End result yang baik bagi orang lain belum tentu baik bagi kita.
    End result yang hebat menurut orang lain belum tentu hebat menurut kita.
    Karena kita hanya perlu melihat ke dalam diri kita sendiri, kebahagiaan, rasa puas, perasaan berhasil mengakhiri kehidupan.
    Apakah itu menjadi kaya dan sukses tanpa cinta atau hidup secukupnya dengan penuh cinta.
    HERO ada di dalam diri sendiri, Tuhan hanya membantu kita mewujudkan perasaan itu.

    Goodluck!

    BalasHapus
  2. Makasih kak ...


    @rie fabian -
    www.fabianstudio.biz

    BalasHapus

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.