Ada cerita lucu dibalik kisah produk coca cola. Dimana persepsi harga diciptakan oleh minuman yang berkelas soft drink ini. Hal pertama tanda dimulai tulisan saya adalah, ketika kita berjalan kewarung yang berada dipinggir jalan saya membeli coca cola dengan harga Rp. 4.000,- rupiah dalam kemasan botol.
Lalu saya meneguknya ditengah panasnya terik matahari. Rasa itu tetap rasa coca cola. Dan beberapa hari kemudian saya diajak kawan saya menuju Pusat perbelanjaan di Jakarta.
Lalu berjalan memutari pusat perbelanjaan tersebut saya berhenti disebuah cafe kecil yang berada didalam mall tersebut. Lalu lagi-lagi saya membeli coca cola tapi kali ini saya ditagih oleh kasir di cafe tersebut seharga Rp. 7.500,- rupiah.
Sebulan berselang saya diajak oleh adik-adik saya nongkrong disebuah lounge kecil dilengkapi dengan musik berirama trance dan ngobrol disuasana seperti itu oleh adik saya. Lalu saya karena bukan peminum alkohol maka saya meminum Coca cola.
Menikmati suasana malam ditempat seperti itu kurang membuat saya mendapatkan ide baik untuk tulisan saya maupun design saya, lalu sekitar 1 jam saya berniat untuk pindah kepada cafe yang ada life musiknya aja lah jadi gak ribet, Lalu saya meminta bill tanda kami mau membayar.
Lalu adik saya mengeluarkan uangnya dan membayar. Lalu saya diberikan bill tersebut. Saya tertuju kepada muniman coca cola yang dibandrol oleh mereka Rp. 60.000,- kali ini bukan sebotol melainkan hanya segelas.
Lalu bahan inilah yang akan saya angkat menjadi satu topik dimana harga yang ditentukan oleh persepsi menjadi sebuah kepantasan. Coba bisa kita bayangkan coca cola yang saya minum mulai dari pinggir jalan sampai dengan Lounge tadi mempunyai harga yang berbeda-beda.
Dan bila saya bertanya kepada adik saya, kenapa harga coca cola itu Rp. 60.000,- saya sudah bisa membayangkan adik saya akan berkata apa "Gak gaul ah mas".
Jadi harganya, tempatnya atau persepsinya saya yang salah tentang coca cola ini ?
Tapi disini saya tentu bukan mempermasalahkan harga yang saya bayarkan (walau yang terakhir gratis) kepada produk dari jenis soft drink tersebut. Mungkin yang lebih parah lagi ditempat lounge seperti itu air mineral bisa Rp. 75.000,- , coba bayangkan dimana masuk akalnya ?
Tapi lagi-lagi itulah persepsi, karena orang masuk ke lounge itu pasti tujuan bukan untuk minum coca cola atau air mineral, walaupun masih ada orang seperti saya ini. Namun Persepsi yang dibangun untuk harga coca cola ini sungguh canggih tentunya.
Dan ini sebuah persepsi pandangan yang berbeda antara penjaja warung dan management lounge tersebut. Persepsi kita tentang warung yah membeli coca cola yah hanya 4000, begitupun dengan cafe yang berada didalam mall tadi.
Dalam persepsi saya yah wajar aja kan dia bayar sewa tempatnya lebih mahal daripada warung. Tapi lagi-lagi itu hanya persepsi dan tidak bisa kita pungkiri kembali.
Dan bila kita bisa mengambil sebuah pelajaran dari persepsi harga coca cola tersebut adalah jika product coca cola itu digantikan kepada diri kita maka kita mau coca cola yang seperti apa ? (sudah barang tentu yang dijual semahal-mahalnya bukan).
Tapi persepsi mahal itu juga didukung oleh sebuah kemasan yang baik, disajikan dengan cara layak, menggunakan gelas yang baik, dan satu hal kembali yang sangat penting adalah lingkungan yang membuat produk itu dapat naik kelas secara harga.
Maka sebuah persepsi itu jelas ada, dan orang tidak akan pernah complain tentang harga yang sedemikian rupa.
Salam kreatif,
@rie fabian
0 comments:
Posting Komentar
Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.