Iklan :

21 November 2010

Social Networking 2.0


Networking 2.0 ?
Apa yang dimaksud dengan istilah 2.0 ?


Ini hanya istilah saya dalam menamakan trend abad ini. Sekarang kita bisa lihat dampak yang significant dari media - media social networking yang terus melebarkan sayapnya membuat kita bertemu kepada kawan kita dalam waktu sekejap mata.

Kita dapat berbicara langsung dengan melihat muka sekaligus dalam waktu yang bersamaan sudah tidak ada kendala macet dijalan. Inilah kemudahan yang diberikan oleh para penyedia jasa media social networking dalam memberikan jasanya.

Menurut saya pada iklim di Jakarta yang mempunyai cuaca macet berkepanjangan Networking 2.0 sangat dibutuhkan. Kita tinggal berkunjung kepenyedia jasa social networking dan dapat meringkas waktu dalam proses berkenalan antara satu dengan yang lainnya. Arah Pembangunan jaringan dalam mencari teman, Sahabat, Client, Costumer sudah banyak yang dilakukan di media ini.

Ini merupakan satu keuntungan yang harus dimaksimalkan agar mempunyai hasil yang optimal. Ketika kita melihat facebook kita terdapat 999 orang teman kita telah berhasil membangun jaringan pertemanan dalam waktu kurang dari satu bulan. Efektif ? menurut saya sangat efektif.

Namun diantara semua itu tidak juga mudah dalam membangun sebuah komunitas ataupun satu bentuk pertemanan dalam jumlah banyak. Masih benyak masyarakat kita yang belum begitu langsung percaya kepada temannya di Facebook karena ulah beberapa oknum yang menjadikan situs social networking ini menjadi ajang kejahatan.

Namun yang patut kita syukuri adalah tekhnologi sudah memudahkan kita dalam membangun jaringan pertemanan dengan waktu yang se efisien mungkin. Ini bisa digunakan sebagai ajang membangun networking. Inilah kecanggihan Tekhnologi yang harus kita banggakan kepada bumi kita ini. Secara logika kita gak mungkin bisa berbicara langsung dari 2 tempat yang berbeda, dan canggihnya tekhnologi mampu menterjemahkan itu.

Namun lagi - lagi semua buatan manusia mempunyai dampak buruk selain dampak baik. Kita bisa melihat betapa kurangnya rasa saling sapa dan hormat menghormati antara satu dengan yang lainnya. Saya punya pengalaman pada tahun 1992 saya berkunjung ketempat saudara saya di Jawa dengan menggunakan kereta api. Saya melakukan perjalanan berdua dengan ayah saya.

Bangku dikereta api itu berhadap - hadapan. Ayah saya membuka pembicaraan sepanjang perjalanan kami sampai di stasiun yang kita tuju sambil bersenda gurau dengan penumpang yang bangkunya berhadapan dengan kami yang sebelumnya belum Ia kenal. Tapi ketika kejadiannya itu adalah sekarang saya tidak dapat merasakan suasana kehangatan didalam kereta tersebut.

Mereka asyik menggemgam gadget mereka dan saling tertawa cekikan sendiri sampai stasiun yang mereka tuju. Saya bingung menamai penyakit ini, Autiskah ?

Kita saling terdiam dan terpaku kepada tekhnologi yang menghasilkan negara kita menjadi negara konsumtif terbaik setelah beberapa negara berkembang lainnya. Para penyedia gadget berlomba - lomba memasukan produknya kedalam negara kita dan bisa dipastikan penjualannya selalu baik disini.

Yah semua itu tinggal bagaimana Anda menyikapinya, saya tidak bicara Tekhnologi itu buruk namun saya juga tidak menganjurkan anda Hi tech dalam menyikapi tekhnologi.

Minimal Anda tahu produk tekhnologi apa yang Anda ingin beli, Apakah sesuai dengan kebutuhan Anda ? Jangan lupa juga untuk banyak membaca dunia tekhnologi sekarang ini, sekalipun Anda tidak ingin membeli tetapi Anda tahu persis produk yang digunakan oleh teman Anda. Mencari informasi itu bukan barang yang mahal saat sekarang, karena kita sudah memilik akses internet yang lebih dari cukup dalam menggali informasi diluar sana.

Bijak - bijaklah dalam menyikapi tekhnologi, karena saya yakin orang yang menciptakan tekhnologi bertujuan memudahkan manusia, Cuma terkadang manusianya saja yang selalu menyalah gunakan kecanggihan tersebut.



Salam Kreatif,




@rie Fabian

0 comments:

Posting Komentar

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.