Iklan :

10 Juni 2011

Djogja (selalu) Kreatif


Minggu lalu saya bertandang kekampung halaman istri saya karena sahabat saya menikah disana dan saya diminta bantu - bantu. Lama saya disana sekitar satu minggu.


Saya jadi ingat hampir setiap tahun saya kesana sekarang karena setiap lebarannya pasti pulang kesana. Saya memperhatikan industri clothing (baju) mereka, khususnya pada design kaos - kaos mereka.

Saya melihat mereka tidak pernah stuck dalam mengembangkan pola dan imajinasi mengeksplorasikan budaya mereka. Mereka terus mengembangkan sesuai dengan perkembangan jaman.

Jika tahun kemarin mereka menawarkan hasil produksi sablon dengan warna warna gold dan perak kini mereka menawarkan baju yang menggunakan teknik bordir. Sungguh luar biasa, dan hasil mereka tidak bisa dibilang main - main karena dikerjakan dengan bagus dan rapih.

Inilah yang saya bilang konsisten. Merk boleh berkembang tidak seperti bali yang mempunyai Joger nya dari 5 tahun yang lalu sampai sekarang tetap saja joger.

Kalau dulu kita melihat dagadu pada jogja kini banyak sudah brand - brand yang beredar disana. Ini menandakan mereka memang menyebut ini adalah industri bukan lagi main - main karena kita bisa lihat konsistensi mereka.

Design yang up to date juga membuat orang tidak bosan - bosan untuk membeli hasil karya mereka. Walaupun mereka ke jogja 3 sampai 4 kali tapi design yang disajikan berubah - ubah tidak monoton. Bahkan ada beberapa design yang mengundang senyum dan tawa yang menandakan mereka sungguh kreatif.

Tidak habis disitu saja, adapula batik mereka yang terus mereka modifikasi mulai dari model sampai bentuk kemeja nya sendiri. Inilah yang saya bangga kepada mereka, tanpa malu mereka mengeksplorasi budaya mereka dengan bangganya. Ini yang sungguh kurang dari kita.

Jika kita lihat banyak turis - turis yang memborong batik - batik kita sungguh luar biasa minat mereka berbelanja ditanah kita. Namun jika saya komparasi dengan orang kita sebuah karya yang bagus ditanya mereka kebanyakan menggerutu "wah batik kayak gitu mahal amat".

Ini juga salah satu tanda kurang menghargai karya bangsa sendiri. Mereka membuat itu dengan susah payah tapi dengan nada ketus mereka menghardik hasil kita yang tidak sepadan katanya dengan harganya, sedangkan jika orang Bule berbelanja mereka sangat menghargai dan memahami betapa itu sangat berdaya seni tinggi. Berkali - kali kita mendapatkan penghargaan atas batik kita sendiri tapi tidak pernah ada harganya dirumah kita sendiri.

Membingungkan dan memprihatinkan memang. Namun saya hanya memperhatikan saja agar bisa membuat ide dasar dari tulisan saya ini. Bergerak lagi ke arah mirota saya melihat lagi hasil pengrajin wayang sampai pernak - pernik yang sungguh menarik sekali. Ini memang luar biasa kreatif.

Mulai dari becak - becak an sampai sepeda ontel dibuatkan miniaturnya, luar biasa komentar saya mungkin cuma djogja yang bisa buat ini. Lalu bergerak kembali saya melihat pengrajin perak. Dari jaman saya study tour SMU (1998) sampai sekarang modelnya tidak pernah sama selalu up date juga, sungguh luar biasa refrensi mereka dan imajinasi budaya mereka sangat tinggi. Ini yang dinamakan seni yang mempunyai kepribadian tinggi bukan sekedar mencontoh namun memikirkan unsur budayanya.

Kenapa Djoga bisa ? yah karena mereka konsisten dijalannya. mereka selalu konsisten pada kebanggaanya pada kota mereka. Mereka selalu ingin memperkenalkan kesenian mereka kepada dunia luar bahwa kota djogja memang kreatif. Semoga anda bisa sekonsisten mereka juga, iya kan ?

5 comments:

  1. nah.. katanya mau ketemu di jogja.. ladalah... kagak ngabarin.. huuuuuuuuuu.. :P

    BalasHapus
  2. Iya kang kemarin bantu - bantu teman sedikit sekali waktu kosongnya... nanti lebaran saya kesana lagi kita harus ketemuan niy ....

    BalasHapus
  3. Kalau di Yogya Dagadu sudah g sekreatif saingan yg lain misal Canthing, dan yg lain yg lebih kreatif designya :)

    TApi, apapun itu,pokoknya Yogya tetap kota terbaik dan ternyaman yg pernah ak kunjungi di Indonesia :D

    BalasHapus
  4. Sip...ini ponakanku yang kreatif, tak kasih tahu ya, orang kita tidak mau membeli karya kita ada 2 sebab;
    1. Satu daya beli memang rendah, karena orang kita pendapatan masih belum cukup dan hanya memikirkan makan/perut.
    2. Yang lain adalah orang buta...(buta hati, buta sedekah, buta memberi, dll buta yang dipunyai), yang kesemuanya tidak mau menghargai kreasi orang lain...

    Sukses selalu Ri....

    BalasHapus
  5. Terima kasih tante ... kalau melihat dari gaya tulisannya sih ini bujing shinta yah ..... senang kalau benar ini bujing shinta yang komentar berarti memang mau dan sudi berkunjung keblog aku ...

    BalasHapus

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.