Minggu ini banyak sekali cerita, dan masukan dari beberapa kawan saya, yang akhirnya saya jadikan bahan tulisan diblog saya kali ini. Sebuah perdebatan tidak bisa dihindari dan disinyalir akan panjang pembahasannya ketika berbicara tentang kebenaran. Hukum yang tadinya dijadikan satuan ukuran terhadap kebenaran itu sendiri, saat sekarang banyak yang meragukannya.
Tidak jarang pula saya terkadang terlibat sebuah diskusi yang sangat hangat membahas tentang kebenaran. Ada satu masalah dan kita sama - sama membahas tentang jalan keluar untuk masalah itu sendiri. Tapi akan jadi ternoda ketika kita mulai membicarakan jalan keluar dengan membawa kebenaran diatas sebuah kepentingan.
Kebenaran yang diusung atas kepentingan pasti akan melahirkan perbedaan pendapat atas kebenaran yang lain. Dari situlah akan terlahir sebuah perdebatan. Dan yang paling fatalnya lagi kita terkadang melupakan mencari jalan keluar terhadap masalah awalnya. Dan kita berlarut - larut dalam satu teori dimana itu harus dibenarkan atau harus disalahkan.
Jika menurut saya, kebenaran yang hakiki ada didalam diri masing - masing. Setidaknya diri kita tahu atas apa yang kita lakukan sendiri. Bukan menilai orang lain terlebih dahulu, tapi nilailah diri sendiri dahulu. Jadi paradigma itu sangat merusak sebuah perdebatan ketika kita menginginkan orang lain bertindak sesuai dengan yang kita inginkan.
Saya cuma bisa bilang, kalau diskusi bukan mencari jalan keluar maka saya sering sekali sign out, dari pada tidak akan pernah ada pengerucutan dari masalah itu sendiri. Tidak perlu membicarakan benar diatas benar dari sudut pandang kepentingan atas diri kita sendiri. Karena itu akan merusak nilai dari diskusinya sendiri. Dan tidak jarang berujung dengan adu mulut untuk mempertahankan prinsip.
Simak dan dengar apa sesungguhnya yang menjadi masalah, jika memang Anda ingin menyelesaikan maka selsaikanlah tanpa membawa kepentingan diri Anda sendiri. Dengan begitu kita akan mengerucutkan masalah dan menjadi beberapa pilhan jalan keluar.
Dan kita bersama - sama menyelesaikan masalah itu bukan karena ingin dianggap penting, karena buat saya itu tidak penting. Dapat bemanfaat buat orang lain itu yang menjadi sangat penting dari segalanya.
Ketika kawan saya datang kepada saya menceritakan semua masalahnya, yang saya biasa lakukan adalah "diam". Karena ada dua hal menurut saya kenapa orang menceritakan masalahnya kepada kita. Hal yang pertama adalah dia ingin didengarkan dan hal yang kedua adalah dia ingin dibantu atas penyelesaian masalahnya. Tapi beberapa contoh kasus, saya sering sekali menemukan mereka bercerita hanya ingin didengarkan, tidak perlu jalan keluar. Dan saya sangat mampu mendengarkan bahkan sampai berjam - jam sekalipun.
Karena apa yang diceritakan itu adalah pelajaran untuk saya, cerita pengalaman orang lain itu memang sangat berharga untuk bekal saya berjalan kedepan. Setelah mereka selsai menceritakan biasanya ada kelegaan sendiri didalam hatinya. Karena pada dasarnya memendam masalah sendiri akan menjadi penyakit yang luar biasa dahsyatnya.
Ada retorika bahasa basa - basi bahwa masalah dia ingin diselsaikan, tapi begitu kita sudah memberikan beberapa pendapat, lalu dia tetap tidak menjalankan. Dan sang penasehat sering terjebak disini, dengan mengambil tindakan marah.
Marah akan tindakan si pencurhat karena tidak mengikuti nasehatnya. Ini yang menjadi masalah, ukuran kebenaran atau kebaikan atas masukan apapun terhadap diri orang lain belum tentu sama dirasakan oleh si penderita. Dan yang harus kita ingat, sipenderita juga mempunyai hak atas tindakan apa yang akan dilakukannya.
Lalu untuk apa dia minta masukan sama gue kalau gak didengerin ?
Jawaban tersimple saya adalah, itu menandakan bahwa dia (si Pencurhat) sudah menganggap lo lebih dari keluarganya dengan menceritakan semua masalahnya. Dan setidaknya kita sudah memberikan masukan kepada dia sebagai teman. Perkara dia mau menjalankannya atau tidak itu tidak usah dipermasalahkan, karena tugas kita sebagai kawan hanya memberi masukan atau saran atas masalah yang sedang dilaluinya.
So ... let him go ...
Jangan memaksakan apalagi sampai membuat teman kita menjadi drop bahkan lebih drop lagi. Sekali dia cerita kepada kita, lalu kita berikan masukan, dan ternyata dia tidak menjalankannya lalu timbul masalah kedua karena dia tidak menjalankan apa yang sudah berikan jalan keluarnya, itulah proses hidupnya dia.
Dengan salah berkali - kali maka dia sedang melewati fase kemarau untuk sebuah kondisi pertanyaan hidup. Jadi untuk yang kedua tetap dengarkan dan berikan masukan.
"Tuh kan gue bilang juga apa, ah bodo ah lo mah susah dibilangin, ......"
Sebuah kalimat yang menyatakan diri kita sudah pasti benar dan hidup dia akan jauh lebih tertolong jika dia mendengarkan omongan kita. Tapi itu adalah sebuah dialog yang menyebalkan untuk saya. karena tidak akan ada yang tahu, jika memang kita menjalankan nasehat dia maka kita akan terbebas dari masalah yang kedua, selalu tetap akan ada konsekuensi atas penyelesaian dengan cara apapun.
Jadi simak dan dengarkan serta beri masukkan jika diperlukan. Jika sudah kita beri masukan dan tidak dihiraukan, biarkan saja, biarkan kawan, saudara, Adik kita tumbuh dengan hidupnya. Karena setiap orang memiliki fase nya sendiri - sendiri. Kita tidak bisa menginginkan dunia ini sama persis dengan apa yang ada didalam kepala kita. Itu jadi terlalu naif rasanya, lebih bijaknya adalah jalankan saja hidup kita sendiri dan lakukan tindakan yang terbaik untuk menolong antar sesama makhlukNya.
Karena setiap orang memiliki tugas yang berbeda - beda dimuka bumi ini, jadi hargailah mereka seperti Tuhan menghargainya.
Salam Kreatif,
@rie fabian -
0 comments:
Posting Komentar
Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.