Iklan :

22 Maret 2012

Ada Pesan Yang Baik Pada Taping Kick Andi


Ini taping yang kedua kalinya saya ikuti untuk acara kick Andy, kali ini syarat akan pengalaman. Beberapa tokoh yang luar biasa kali ini saya jumpai dengan beberapa pengalamannya. Segmen pertama diisi oleh Dalang Wayang Golek Dede Amung Sutarya. 

Saya sangat ambisius sekali ketika orang berbicara tentang kebudayaan Bangsa ini. Wayang yang saya kira ada di jawa tengah saja ternyata Jawa Barat pun mempunyai seni wayang. Beberapa pengalaman bisa saya petik lewat beberapa perubahan atau improvisasi caranya kang Dede ini dalam merubah tradisi kebudayaan ini.

Bapak 6 Anak ini memang mempunyai turun temurun sebagai keluarga Dalang. Dari Kakek Beliau sampai dengan Ayahanda beliau memang seorang Dalang. Yang jadi inspirasi buat saya dimana dia mengatakan sebuah "penyesuaian" cara menyajikan kesenian daerah ini. 

Walaupun wayang mempunyai pakem cerita yang telah disepakati oleh kode etik perdalangan, namun penyajiannya masih dapat disesuaikan. Ada beberapa kitab yang bisa digunakan sebagai materi cerita dari sebuah pewayangan itu. 

Namun kata penyesuaian ini yang inspiring sekali, dimana Beliau mengatakan bahwa, harus ada penyesuaian didalam menyajikan kesenian wayang pada jaman sekarang. Jika jaman dahulu wayang digunakan sebagai media dakwah, untuk menyampaikan pesan-pesan moral maka tidak demikian dengan sekarang. 

Jaman dahulu kita sering mendengar, ketika ada pertunjukkan wayang akan sangat sakral sekali dalam penyajiannya. Dimana orang memang serius menyimak cerita penokohan dalam sebuah sajian tersebut. Tapi bila diulang cara penyampaiannya seperti itu pada saat sekarang, maka orang begitu nonton akan kabur, begitu kutipan dari beliau dalam berbicara kepada Pak Andy F. Noya. 

Cara penyajian wayang pada saat sekarang ini memang harus disisipi dengan humor. Bahkan sesekali Pak Dede ini mengeluarkan wayang yang belum pernah ada, "Tom and Jerry". 


"Kenapa wayang Tom and Jerry Pak ?" Tanya Andy F. Noya kepada Bapak Dede. 

"Anak kecil sekarang lari ketika melihat tokoh cepot dalam pewayangan, jika yang pertama kali saya keluarkan wayang Tom and Jerry dan tokoh tersebut dikalahkan oleh cepot, maka anak kecil akan suka dengan tokoh cepotnya", Jawab Pak Dede. 

Sungguh kreatif dan menarik sekali, dimana saya melihat betapa bangganya dia membudi dayakan kesenian didaerahnya sendiri. Dengan mengubah packaging (kemasan) maka wayang tersebut kini bisa dinikmati oleh semua kalangan. 

Inilah yang dinamakan dengan inovasi tiada henti, asal ada keseriusan pasti ada jalan untuk membuat satu hal lebih inovatif lagi. Produk lama pun bisa kita kemas menjadi sebuah produk yang baik. Kita bisa lihat pecel lele lela bisa mengemas produk pinggir jalan menjadi produk yang menengah, Pempek Pak Raden, dan masih banyak lagi. 

Sudah saatnya kita bisa melihat potensi dari dalam kita sendiri, tidak melulu kita melihat budaya barat sebagai acuan dari kemajuan seni dan kreatifitas. Kata kuncinya mau, maka kita pasti bisa. 

Terima kasih Kick Andy atas undangan yang diberikan kepada kami (dblogger community).


Salam kreatif,


@rie fabian 



15 comments:

  1. gimana klo dibuat wayang modern.. yg jadi wayangnya om arie ama om jay bLe'e

    BalasHapus
  2. Hahahahahahahahaha ... gimana yah, yang pasti ada yang gembul perutnya nanti wayangnya ...

    Salam om Alfan
    @rie fabian

    BalasHapus
  3. Perasaan ada yg nyebut gembul perut?? *terpanggil :D
    Dari wayag sampai pecel lele dan empek empek? *kumplit banget dah!! Ckckck

    BalasHapus
  4. hahahahaha sesama gembul jangan saling mengganggu, satu guru satu ilmu. Makasih Ki Demang.


    @rie fabian

    BalasHapus
  5. Ulasannya sangat menarik dan lengkap, pesan moralnya sangat mendalam ya, Bulan April ikut nonton lagi yuk :D

    BalasHapus
  6. Sebuah inovasi memang diperlukan dalam pertunjukan seni tradisional,untuk menjaring minat generasi muda sekarang menonton pertunjukan seni tradisional,termasuk juga wayang.
    Semoga makin banyak dalang yang berpikiran kreatif seperti Dede Amung.
    BTW..tampilan baru blog ini semakin catchy :D

    BalasHapus
  7. Kebudayaan sebagai media pesan moral memang harus disesuaikan dengan perkembangan jaman tanpa harus menghilangkan esensi dari kebudayaan itu sendiri, karena ini beda dengan barang antik.

    Posting yg menarik..!

    BalasHapus
  8. semoga kapan2 bisa ikutan lagi

    BalasHapus
  9. Mbak ani >> Terima kasih yah mbak,memang kali ini bagus banget tapingnya ...

    BalasHapus
  10. Kang Yos >> Iya bener, kadang generasi muda masih malu -malu mengaggmi budaya sendiri, bahkan tidak sedikit pula dari mereka yang bicara bahwa itu kuno, tapi pada saat wayang di klaim milik malaysia, baru deh semua berbondong-bondong peduli.

    Tampilan blog saya diajarkan oleh kang Jay om ...

    @rie fabian

    BalasHapus
  11. Kang Agung >> Terima kasih sudah berkunjung ...

    BalasHapus
  12. mbak Juli >> ditunggu yah ..

    @rie fabian

    BalasHapus
  13. Kang Trisno >> Terima kasih ....

    BalasHapus
  14. satu hal aja om...
    manggapnya perasaan kurang gede dalangnya haha

    BalasHapus

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.