Iklan :

10 September 2011

Menjual Billboard tidak seindah dulu


Jika kita melihat satu rangkaian promosi perusahaan pada tahun 1980 an dimana era itu merupakan era keemasan bagi dunia Billboard dan jaman itu saat saya teringat ucapan dari om saya yang mengatakan bahwa Bisnis ini adalah bisnis emas. 

Dikala itu saya masih sangat kecil sekali dan tidak mencerna kalimat beliau, dan sekarang saya baru mengerti ternyata ini yang dibicarakan almarhum Om saya pada saat itu. Dimana pekerjaan beliau membangun Billboard dan bermain dengan dunia komunikasi dengan memiliki saham dari radio cakrawala pada jamannya.

Saya konversi omongan beliau pada saat sekarang, dimana ikut dalam perkumpulan orang-orang creative  dan sering mengobrol ngalur ngidul dengan mereka. Kadang mereka mengeluhkan bisnis didunia papan reklame tidak seindah dulu. 

Ini dikarenakan pola marketing yang terus berkembang dan menganggap billboard bukan media satu-satunya yang mumpuni untuk melumpuhkan pasar. Semakin sedikit orang keluar rumah untuk belanja, karena adanya toko online di Inet, Semakin sedikit orang keluar untuk makan karena adanya fasilitas-fasilitas phone order. 

Dan secara fakta yang jelas lebih banyak orang berada didalam ruangan untuk membuka internetnya dibanding harus bertempur melawan kemacetan dikota Jakarta ini. Ini mengakibatkan para konsumen papan reklame mengecilkan porsi promosi lewat media reklame. Pada saat ini banyak yang beralih menggunakan social media, portal-portal berita, dan peyedia jasa email sekelas Ymail. 

Saya sudah membahas pada artikel sebelumnya, bagaimana konsumen khilaf memesan slot promosi pada media internet sampai satu halaman penuh. Ini menyatakan bahwa memang sudah terjadi pergeseran. Bahkan beberapa pemain media reklame kini sudah banyak perang harga untuk menstrategikan bagaimana caranya agar papan reklame mereka tidak kosong, karena divisi perpajakan pemerintah tidak akan mengerti akan kekosongan itu. 

Bahkan tidak sedikit pula dari mereka yang mulai membuat exitplan untuk menggeserkan haluan usaha menjadi Communication Planner dalam rangka memaketkan media reklamenya tersebut. Tentu ini tidak semua terjadi pada konsumen, kita masih melihat konsumen yang loyal terhadap media reklame ini. 

Tapi yang jelas para marketing reklame ini sudah membunyikan alarm pertama tentang kesulitannya menjual media reklame ini. Tapi ini bukan memastikan matinya industri billboard yang ada di Indonesia ini. karena walaupun media ini sudah dianggap konvensional oleh beberapa konsumen iklan, namun tetap saja kenyataanya Jakarta masih macet saja setiap harinya. Dan itu menandakan bahwa papan reklame ini masih menjanjikan untuk tahun-tahun kedepan. 



Salam Kreatif, 




@rie fabian 

0 comments:

Posting Komentar

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.