Iklan :

8 September 2011

Arti dari lambang Propinsi Djogjakarta



Djogjakarta adalah kota pertama favorit saya setelah Bali dan Lombok untuk Indonesia. Kenapa saya lebih suka Djogja dibandingkan dengan Bali ? karena selain Istri saya orang Djogja melainkan tanah Jawa yang satu ini dipenuhi dengan budaya yang sangat banyak, sedangkan Bali bila ingin dirunut secara budaya, Budaya Djogjakartalah yang ada pada pulau dewata itu. Gak percaya ? nanti saya jabarkan pada artikel saya yang membahas budaya Bali yang ternyata adalah budaya jawa. 

Maka dari itu sekarang saya ingin membahas tentang logo dari Propinsi Djogjakarta ini. Kota yang syarat dengan kekratonan ini merupakan sangat identik dengan ornament-ornament budaya yang sangat menarik. Mari kita lanjutkan...



Saya langsung menarik dari Website Pemerintah Kota Djogjakarta langsung untuk menjaga keakurasian informasi kepada pembaca artikel-artikel saya. 

Dasar Hukum
Ketetapan DPRD Nomor 2 Tahun 1952 tentang Penetapan Lambang Kota Praja Yogyakarta
Makna Lambang :
  1. Perbandingan ukuran 18 : 25 , untuk memperingati tahun permulaan perjuangan Pangeran Diponegoro di Yogyakarta (tahun 1825)
  2. Warna Hitam : Simbol Keabadian
    • Warna Kuning dan Keemasan : Simbol Keluhuran
    • Warna Putih : Simbol Kesucian
    • Warna Merah : Simbol Keberanian
    • Warna Hijau : Simbol Kemakmuran
  3. Mangayu Hayuning Bawono : Cita-cita untuk menyempurnakan masyarakat
  4. Bintang Emas : Cita-cita kesejahteraan yang dapat dicapai dengan usaha dibidang kemakmuran
    •  Padi dan kapas: Jalan yang ditempuh dalam usaha kemakmuran pangan dan sandang
  5. Perisai : Lambang Pertahanan
  6. Tugu : Ciri khas Kota Yogyakarta
  7. Dua sayap : Lambang kekuatan yang harus seimbang
  8. Gunungan : Lambang kebudayaan
    • Beringin Kurung : Lambang Kerakyatan
    • Banteng : Lambang semangat keberanian
    • Keris : Lambang perjuangan
  9. Terdapat dua sengkala
    • Gunaning Keris Anggatra Kota Praja : Tahun 1953 merupakan tahun permulaan pemakaian Lambang Kota Yogyakarta
    • Warna Hasta Samadyaning Kotapraja : Tahun 1884
YOGYAKARTA

Dalam rangka menumbuhkan menjadi kebanggaan dan maskot daerah telah ditetapkan pohon Kelapa Gading (Cocos Nuciferal vv.Gading) dan Burung Tekukur (Streptoplia Chinensis Tigrina) sebagai flora dan fauna identitas Kota Yogyakarta

Keberadaan pohon Kelapa Gading begitu melekat pada kehidupan masyarakat Yogyakarta, karena dikenal sebagai tanaman raja serta mempunyai nilai filosofis dan budaya yang sangat tinggi, sebagai kelengkapan pada upacara tradisional/religius, mempunyai makna simbolis dan berguna sebagai obat tradisional.

Burung tekukur dengan suara merdu dan sosok tubuh yang indah mampu memberikan suasana kedamaian bagi yang mendengar, menjadi kesayangan para pangeran dilingkungan kraton.  Dengan mendengar suara burung tekukur diharapkan orang akan terikat kepada Kota Yogyakarta


Nah kita bisa lihat banyak hal kepercayaan terhadap ornamen-ornamen pada simbol kota ini. Dimana Kota ini masih memikirkan tentang kesatuan dari warna kuning keemasan merupakan warna Leluhur dari mereka. Mereka tidak berbicara warna emas adalah warna keberuntungan seperti budaya Tionghoa, melainkan warna leluhur.

Sangat jelas ini merupakan keyakinan akan warna yang dipahami leluhurnya sangat menyukai warna kuning keemasan ini. Seperti pada artikel saya sebelumnya, bahwa sebuah warna akan berubah arti pada geografis atau daerah yang berbeda. Itu disebabkan oleh sebuah keyakinan-keyakinan akan budaya yang berkembang dan terus menerus dibawa sampai anak cucu generasi yang akan datang pada geografis itu. 

Jadi mari kita pelajari bagaimana warna dapat mempengaruhi budaya atau sebaliknya untuk kita dapat memberikan satu aksen warna yang sesuai dengan letak geografis daerah itu sendiri. 


Salam kreatif, 




@rie fabian 


Sumber : 
http://www.jogjakota.go.id

0 comments:

Posting Komentar

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.