Iklan :

28 Desember 2011

Sebuah Advertorial


Saya membuka-buka majalah yang saya dapatkan dari event blue bird beberapa minggu lalu, ternyata saya melihat majalah yang berjudul Mutiara Biru itu sebagian besar merupakan artikel advertorial dari perusahaan mereka semua. 

Sungguh luar biasa kemasan kata-kata yang mereka sajikan memang sangat terkesan terencana dengan rapih.

Jika kita kembalikan kepada definisi dari advertorial itu sendiri adalah : 
Naskah Iklan yang memadukan unsur-unsur periklanan dan PR untuk mempromosikan suatu produk dalam bentuk Jurnal (1). 

Maka kemasan iklan tersebut akan terlihat seperti sebuah artikel baik artikel yang dibuat secara khusus maupun artikel hasil dari sebuah peliputan. Advertorial saat ini banyak disasarkan kepada perusahaan kepada konsumennya. 

Advertorial yang paling sering kita jumpai pada sosial media seperti blog adalah sebuah artikel yang berujung iklan, review. Lalu apakah yang melandasi sebuah produk mensasar kepada advertorial pada sosial media blog ? 

Saat ini jika saya ingin membeli barang saya sudah agak kurang percaya kepada bahasa iklan yang disampaikan melalui portal-portal berita. Karena bahasa iklannya terlalu kental dan jelas sekali kita sudah mencurigai di awal itu adalah iklan. 

Maka yang saya cari adalah sebuah testimoni dari blog yang personal. Ketika saya membicarakan sebuah testimoni pada blog personal maka saya akan yakin apa yang dibicarakan orang tersebut karena dia mengalami dan sudah mendapatkan beberapa kelebihan dari produk yang saya beli. Maka saya akan jalan kembali kepada blog yang lain. Begitu saya mendapatkan 3 buah blog berbicara sama intinya dengan bahasa yang berbeda, maka saya jadi yakin bahwa produk itu memang bagus dan patut saya membelinya. 

Dari ilustrasi diatas maka saya tergoda oleh sebuah advertorial iklan yang disajikan pada sosial media, review. Ini merupakan strategi yang masih tergolong baru dan sedang booming dinegara kita. Selama review itu berbicara jujur saya rasa itu sah-sah saja dalam melakukan advertorial. 

Namun ketika sang penulis blog memberikan sebuah testimoni yang agak berlebihan dari produknya maka kita akan menjadi sulit percaya kembali kepada postingan siblogger tersebut. 

Terkadang melihat aspek bagus sebuah produk bisa dari berbagai macam sudut pandang, dan itu menurut saya masih oke-oke saja. Yang jadi masalah ketika sudut yang tidak ada dibuat-buat oleh sang penulis advertorial, inilah yang sangat membahayakan pembaca. 

Kalau memang kita kembali kedalam satu tujuan dari iklan, yaitu sebuah bentuk komunikasi yang digunakan untuk membujuk audience untuk mengambil tindakan sehubungan dengan produk, ide atau layanan yang dijajakan maka sebuah advertorial itu memang sah-sah saja, namun secara etika melebih-lebihkan satu kondisi untuk menjadikan satu materi iklan itu yang tidak bisa dibenarkan. 

Beriklan tidak berlebihan akhirnya menjadi satu pilihan mutlak dari sudut pandang audience (pembaca), dimana kita sudah sering melihat seorang pembaca yang sangat kritis dalam menyikapi satu advertorial.

Jika menurut saya sih simple saja, anda membuat satu iklan yang berlebihan maka audience hanya satu kali membaca pesan anda, sesimple itu. Karena sekarang seperti yang saya katakan pada artikel sebelumnya dimana konsumen sudah mempunyai banyak pilihan pada saat sekarang ini. 

Maka mari kita research yang benar mana yang ingin kita tonjolkan dari apa yang kita lihat terhadap produk tersebut. Jika bagus maka katakan bagus, jika memang tidak bagus katakan tidak bagus. Simplenya tidak ada produk yang sempurna, that's it. 


(1) diambil dari buku Publik relation edisi kelima.


Salam Kreatif, 


@rie fabian 

0 comments:

Posting Komentar

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.