Iklan :

20 Desember 2011

Aids sebuah penyakit budaya yang berkepanjangan


Setelah himbauan tidak lagi mampu mencegah sebuah kelakuan remaja agar tidak melakukan sex bebas, kini pencegahan di upayakan dengan memberikan edukasi dini kepada remaja dalam mengenalkan Aids kepada mereka. Saya mengikuti workshop yang diselenggarakan oleh viva news ini membuka pandangan saya tentang sisi lain dari Aids ini sendiri. 

Dimana agama sudah tidak mampu lagi membendung penyakit budaya barat, kini yang bisa kita lakukan adalah pengamanannya. Seorang guru BP pada saat acara mengajukan pertanyaan tentang bagaimana menjawab pertanyaan muridnya yang sudah melakukan hubungan sex dengan pacaranya.

Sungguh luar biasa memang, dimana kita telah terjangkit virus budaya yang luar biasa. Tanpa kita sadari kita telah terjajah oleh budaya yang terus mengedukasi kita lewat semua media. Kehebatan internet memberikan sumbangan lebih besar atas penjajahan budaya yang sedang terjadi dewasa ini. 

Pemerintah menghimbau bahkan melarang bahkan mengeluarkan undang-undang tentang pornografi tapi kenyataannya sampai sekarang kita tidak melihat itu menjadi satu keseriusan sendiri. Kita sudah keracunan budaya, kita sudah hampir mati, kita menuju fase kronis. 

Jika menurut data yang disajikan dalam workshop viva news kali ini, kita diberikan data tentang penyakit Aids yang semakin tahun semakin bertambah popularitasnya. Apakah kita semua setuju kondom merupakan jalan keluarnya ? Bukankah adanya kondom memberikan dorongan tersendiri untuk mereka melakukan hal yang mereka sebut safety ini ? 

Yah semua memang bagai buah simalakama, sudah tidak ada lagi yang dapat kita lakukan selain memberikan pendidikan sex dari sedini mungkin. 


Sangat disesalkan memang kondom dapat kita beli dimana saja tanpa larangan usia pada pembelinya. Padahal dengan adanya barang ini mendorong generasi muda untuk menikmati sex bebas dengan sebayanya tanpa ada rasa takut sedikitpun. Saya yakin pasti mereka berdalih "gak bakalan hamil ini kok", dengan mudahnya. 

Padahal jika tidak adanya barang ini terjual bebas dimana-mana, minimal dapat menekan kegiatan dari sex bebas itu sendiri. Namun lagi-lagi memang ini buah simalakama, dimana kita sudah tinggal melihat para generasi selanjutnya akan seperti apa. 

Mungkin gadis-gadis kita akan merasa malu jika masih perawan pada umur 17 tahun, seperti asal dari budaya ini sendiri berasal. Mungkin perawan nantinya menjadi barang mewah yang dapat diperjual belikan karena kelangkaannya, sama seperti bbm aja pada saat langka. 

Mari kita menggali kesadaran kita bersama dalam menanggulangi masalah SERIUS ini. Harapan saya pemerintah dapat memberikan jalan keluar bersama untuk melakukan pencegahan-pencegahan kepada satu rezim yaitu "rezim pengrusakan generasi muda sejak dini", jika ini sudah terjadi bisa dibayangkan menjadi apa lagi negara kita tercinta ini ? 

Mari kita bantu memberikan dorongan kepada kawan kita, saudara kita, tetangga kita untuk tidak mengucilkan mereka dalam pergaulan kita sehari-hari. Mari kita mengkaji lebih dalam kembali sebuah jalan yang memang bisa menjadi win win solusi untuk generasi muda kita. 



Salam kreatif untuk generasi muda selanjutnya, 


@rie fabian 

12 comments:

  1. Buah simalakama saya bilang .. kita tidak bisa bicara apa-apa lagi, selain berdoa agar obat dari penyakit ini segera ditemukan.


    @rie fabian

    BalasHapus
  2. betul! dengan dibagi-bagikannya KONDOM seolah-olah memberikan solusi sex bebas.

    Itu hanya melindungi dari penyakit jasmani saja tapi tidak dengan penyakit moral.

    Tapi kemudian didalilkan "kembali ke manusianya".

    Ahh...

    BalasHapus
  3. Seperti yang dibilang pada saat WS, pendidikan moral harus digalakkan di kalangan remaja dan orangtua sebagai monitoring.
    Termasuk kepada blogger, lebih tulisannya bisa jadi gerbang informasi dan monitoring.

    BalasHapus
  4. tinggal bagaimana mencegah hal itu gak terjadi pada diri kita dan skeliling kita dulu ..penceghanya

    BalasHapus
  5. Indah Juli >> benar saya setuju bilamana dikatakan pendidikan moral harus digalakkan, beserta pendidikan agama kali yah agar bisa kembali kepada ketimuran kita (ngarep, walau sangat susah sudah).

    Mari kita berbagi informasi,

    Salam kreatif,
    @rie fabian

    BalasHapus
  6. Gensuka suka >> itu tindakan yang paling minim dan bijak, thanks om.


    Salam kreatif,
    @rie fabian

    BalasHapus
  7. Ya, lebih baik solusinya adalah kembali pada agama dan bimbingan keluarga.

    BalasHapus
  8. Eh ada teh ani .. Aku setuju dengan itu teh.

    BalasHapus
  9. Keluarga, lingkungan pergaulan dan kesadaran diri sendiri menjadi faktor utama.

    BalasHapus
  10. Namun lingkungan pendidikan sekitar juga berpengaruh dalam membuat satu tindakan.

    Terima kasih sudah mau berkunjung ke halamanku.

    @rie fabian

    BalasHapus

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.