Papan berbayar ini saya pelajari sudah hampir 1 bulan. Saya ikut bersama dengan orang yang memang mempunyai pengalaman dibidang pembuatan konstruksi Billboard. Sebagai Creative Planner saya harus paham dan menguasai media yang satu ini.
Perusahaan besar itu sudah barang tentu yang mempunyai anak yang banyak. Karena hampir bisa dipastikan pada jaman itu harga reklame ini cukup mahal. Dan yang pasti mereka akan membuat design yang sangat komunikatif untuk menggapai para konsumennya.
Berkali-kali saya mengikuti rangkaian presentasi dia saya mulai mengetahui banyak hal. Mulai dari Pajak, Konstruksi sampai dengan visual yang akan dibuat. Pada industri ini saya melihat faktor design merupakan faktor yang paling belakang walaupun mempunyai satu kesatuan yang penting.
Yang pertama pajak, mereka para pembuat jasa papan reklame memfokuskan masalah pajak ada dinomor pertama. Mereka selalu menanyakan mau dipasang didaerah mana ?. Karena dari daerah itulah Pajak akan terlihat angkanya. Saya selalu ingin tahu permasalahannya, bukankah itu memiliki aturan yang tersentralisasi, ternyata tidak.
Itu merupakan kebijakan daerah masing-masing ternyata. Dan ada 3 daerah angker untuk pembangunan billboard yaitu, Jakarta, Bandung dan Surabaya. Kebijakan daerah itu sudah barang tentu sangat dipengaruhi oleh kepala Pemda yang ada pada saat ini. Karena kebijakan itu lahir dari petinggi-petinggi daerah setempat.
Ooo ternyata jauh lebih sulit urusan birokrasi dibanding dengan design yah, kalau orang ingin membuat es jeruk dan beli jeruknya saja susah bagaimana jadinya ?. Dan mereka mengatakan bahwa dari seluruh Indonesia 3 daerah itu juga yang paling mahal pajaknya.
Ini sudah barang tentu menyangkut dengan kas daerah masing-masing dan juga pengalaman mereka melihat kemajuan kota yang dipimpinnya. Lagi-lagi Bandung, memang kota yang eksentrik dah. Berarti bisa dipastikan seharusnya ketiga kota itu tidak mempunyai rakyat miskin, karena sumber pendapatannya buannyakkkk.
Masalah yang kedua selain pajak adalah konstruksi. Mau pakai cakar ayam atau tidak, mau menggunakan pipa berapa Inch, mau single pool atau double pool, mau dua muka atau satu muka. Ini permasalahan kedua.
Tentu untuk bagian ini saya menanyakan kepada orang yang memang terbiasa dengan sipil. Mereka menjelaskan bahwa kebanyakan atau hampir semua pondasi dari Billboard itu menggunakan system cakar ayam. Tinggal perkara antara kedalaman dengan ketinggian ada hitungannya.
"Gimana tuh hitungannya pak ", saya bertanya kepada mereka.
"Rahasia dong", Jawab mereka ....
Ha ha ha, "Tapi nanti kalau mas arie butuh bantuan, hubungi saya aja", kata Bapak warso, selaku kepala sipil dari Biro tersebut. Satu godaan yang menarik menurut saya.
"Jadi kalau ada yang ingin dibuatkan billboard, saya bisa jualkan nih pak ?" , saya langsung sambut godaan dengan godaan lagi.
"oh iya bisa, dengan kantor kami tentunya", nanti saya bantu untuk perhitungannya", jawab Pak Warso kembali.
Saya dapat banyak ilmu akhirnya dari Pak Warso bekerja, dengan cara melihat mereka mengerjakan satu demi satu di workshopnya. Masalah konstruksi sudah selesai sepertinya, lalu saya jalan kembali kedivisi designya.
Kalau yang satu ini saya bisa bertukar fikiran niy, karena kurang lebihnya saya tahu seperti apa teknisnya. Hasilnya saya bisa bertukar banyak hal juga mulai dari ide, teknis melayout billboard, sampai dengan creative design pada media reklame ini. Wow luar biasa pada bagian terakhirnya.
Creative merupakan hobi yang saya geluti. Dan ternyata memang harus bisa dipisahkan antara kreatif dan design. Karena pada saat kita berada di area kreatif media itu menjadi sangat luas sekali. Jadi jika kemarin saya hanya melihat sesuatu dari sudut pandang seorang designer dan ketika kacamata tersebut saya tukar maka hasilnya menjadi berbeda sekali.
Kreatif itu 80% implementasi hasil dan 20% nya lagi pemikiran. Bagaimana kita bisa menciptakan hasil kalau kita tidak pernah melihat apa yang sudah terjadi pada industri kreatif yang ada di Indonesia ini.
Lalu perkara yang terakhir adalah perkara menjualnya. Menjual reklame tidak semudah dulu, katanya tim marketingnya niy. Kayak galau gitu niy ... gue beli kopi dulu dah sambil merokok enak niy kayaknya ngadepin orang galau.
"kenapa susahnya mas ? ", Tanya saya.
"Kalau sekarang itu kue nya satu semute banyak mas", jawab dia sambil menyeruput kopi yang saya pesan tadi.
Mantab niy, panjangnya pembiacaraan akan menghabiskan halaman diblog ini. Maka saya simpulkan aja dah. Yah intinya sudah banyak memang pemain dalam bidang jasa pembuatan Billboard. Titikpun sekarang sudah menjadi rebutan banyak pemain.
Seperti bisnis yang mulai kehabisan kue, yang banyak modalnya yang pasti bisa menguasai daerah-daerah vital didalam kota. Jadi para pelaku ini pun sudah mulai berlomba kreatif, mencari titik yang bagus baik dari sisi konsumen maupun atraktif untuk sisi client.
Namun walau demikian itu tidak menyurutkan harga jual dan pasang untuk billboard itu sendiri. Jadi mereka walaupun banyak tetap sehat dalam persaingan harga. Tidak seperti bisnis **** yah tau sendirilah, setiap kali bicara promosinya kompak menurunkan harga.
Senang mendapat pengalaman baru dalam bidang ini, menguatkan saya untuk mengambil tindakan yang kreatif dalam membangun branding untuk client-client saya nantinya.
Salam kreatif,
@rie fabian
wow share nya mantasbb
BalasHapusjadi tahu tntang beberapa kota yang dibilang mahal.. hehe
nah gini nih, tulisan yang memberikan pembaca dapat informasi baru..
terimakasih kakak
Alhamdulillah jika dapat menambah pengetahuan ...
BalasHapusSalam kreatif,
@rie fabian