Saya tidak ingin dianggap bahwa postingan saya ini syarat menjatuhkan salah satu kandidat Gubernur pada kota saya, maka postingan ini saya baru posting sekarang (setelah pemilihan selesai).
Yang saya permasalahkan bukan figure dan orangnya, tapi yang saya bilang sebaiknya jangan adalah pada graphic Visual yang berada pada gambar diatas.
Kita sepakatlah yang mereka kejar adalah segmen pada kelas c dan d dimana kelas c dan d itu memang masyarakat menengah kebawah. Namun sebaiknya menghindari hal-hal yang demikian. Dalam produksi memang wajar tidak bisa perfect 100% pasti akan ada missingnya, seperti yang kita lihat pada gambar dibawah ini :
@rie fabian Doc |
Putih bulat yang dipakai sebagai penanda lubang bergeser kekiri alias tidak porposional dalam melakukan pembuatan lubang untuk sedotan. Ini pertanda pada bag. Produksi saat pond nya meleset membuat lubang untuk sedotannya.
Tapi itu adalah proses produksi yang dikerjakan secara masal dan tidak mengubah arti banyak dalam satu implementatifnya. Itu juga banyak kita lihat pada produksi packaging dalam industri rokok. Lihat saja dalam satu implementasi produksinya masih banyak yang meleset, baik secara potongan garis maupun pada lipatan.
Namun sekali lagi itu adalah proses produksi yang dikerjakan secara masal yang akhirnya orang memaklumi. Karena dalam implementasi seperti itu tidak melakukan perubahan pada estetika yang mendasar.
Lalu bagaimana jika anda melihat gambar ini :
Kita sepakat kita akan tanya apa dasar orang ini membuat simbol negara kita ini menjadi tidak porposional, padahal gambar ini sudah memiliki Guidline nya (kalau ingin lihat guidelinenya ketik "burung Garuda Pancasila" pada wikipedia).
Gambar Burung Garuda diatas sama halnya dengan gambar ini. Dimana pembesaran pada salah satu calon Gubernur dan Wakilnya dibuat tidak Porposional. Jangan bilang ini sepele loh, ini merupakan hal yang dapat mengurangi estetika gambar.
Berbeda dengan halnya kita melihat kedua contoh produksi yang meleset. Itu secara estetika tidak berkurang secara signifikan. Tapi pada Baliho Calon Gubernur diatas sangat mengurangi nilai estika pada gambar.
Produksi masal memang harus difikirkan dalam tahap perencanaan designnya. Jika kita sudah mengetahui dengan pasti beberapa ukuran yang akan menjadi implementasi pada design kita maka kita memang sudah harus mempersiapkan untuk ukuran tersebut.
Jika kita tidak mempersiapkan dengan baik, maka hasil yang kita dapati akan seperti gambar diatas. Sekali lagi tulisan ini tidak ada muatan secara politik, yang saya bicarakan hanyalah estetika gambar pada saat mereka melakukan kampanye.
Masih jarang orang membedakan mana estetika dan mana percepatan. Seperti halnya jika kita memproduksi masal terdapat perubahan warna pada logo itu merupakan pengurangan secara estetika yang sangat signifikan.
Kita harus melihat beberapa faktor dalam menjaga estetika tersebut menjadi layak. Dalam produksi misalnya, pengurangan warna atau penurunan warna pada logo itu merupakan hal yang sangat fatal bagi si client. Karena logo merupakan identitas yang harus terus dijaga eksistensinya. Penurunan warna pada warna coorporate perusahaan, dsb.
Pada tahapan design pun demikian, pada resize logo, foto, atau ornament yang diimani oleh client atau audience itu harus porposional. Makanya saya ucapkan berkali-kali jika ingin menempelkan logo orang pada design yang anda buat, ada baiknya anda menanyakan atau mengkonfirmasi design tersebut kepada pemilik logo yang akan anda tempel pada design anda.
Mari perhatikan estetika bentuk secara global dengan baik, agar dapat menjaga konsistensi gambar dengan baik. Cepat bukannya alasan untuk bisa mengurangi estetika bentuk. Bedakan mana yang masih bisa ditolelir dan mana yang fatal.
Salam Kreatif,
@rie fabian
0 comments:
Posting Komentar
Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.