Ketika kita bingung bahwa sesungguhnya negara ini sudah mempunyai satu budaya saling menyakiti tanpa henti. Ketika kita mulai berfikir apakah kita berada pada dimensi yang sama dengan para perampok yang menggunakan tata krama sebagai senjata utamanya.
Angkara murka tersebut saya biasa bilang dengan bahasa seleksi alam. Dimana Alam akan memilih sendiri siapa saja yang akan dia binasakan. Kita sudah melihat bagaimana Krakatau meletus pada tahun 60 an tanpa kenal Jabatan dan Status sosial dia memberantakan semua.
Lalu kita lihat beberapa kejadian yang terjadi seperti banjir dikota Thailand, Tsunami di Aceh, Merapi di Magelang, Banjir di Wasior, dll.
Peringatan-peringatan tersebut terus diabai oleh kita sang pelaku kehidupan pada alam semesta. Mulai lupa diri akan tanah yang kita pijak, udara yang kita hirup, air yang kita minum dan hal lain yang diberikan oleh alam secara gratis.
Semua dikeruk tanpa memikirkan hak pada generasi yang akan datang hanya karena keserakahan. Lihat betapa kualatnya Sidoarjo yang terus memuntahkan lumpur panas yang diberi nama dengan Lapindo tersebut. Tunggu sejenak, yang itu untuk anak cucu Anda, jangan sekarang, jika kau paksa hasilnya aku akan marah, Seandainya alam bisa berbicara.
Dilanjutkan dengan pemanasan global, penebangan hutan secara liar dan tak terkendali, Penyelundupan Satwa Langka, semuanya hanya membuat alam menjadi tidak seimbang.
Apa yang Anda cari sebenarnya ?, Jika kita berfikir hidup pastilah akan mati. Kalau berfikir untuk cucu kita kelak, mereka akan keluar bersama rezekinya sendiri-sendiri. Jangan Mendahului Tuhan dalam membuat rencana.
Rencana memperkaya 7 turunan itu hanya membuang waktu anda. Lebih baik kita hidup dengan sebaik-baiknya sekarang, peduli akan sosial sekitar, dan selalu bersahabat dengan alam merupakan satu langkah yang bijak.
Makan 3 kali sehari, maka bagilah yang belum makan. Menikmati kekayaan pasti tidak akan ada habisnya, hanya membuat anda lupa diri akan hari ini dan esok.
Alam jangan dilawan, alam jangan dilawan. Mari kita fikirkan kembali langkah yang sedang kita ambil sekarang ini. Apakah sudah kembali kepada yang sebenarnya ? Jika belum mari kita bersama-sama mengembalikan semua ketempatnya.
Mulailah menata kembali untuk kehidupan yang lebih baik. Mulailah mengurangi keserakahan yang kita kejar dan tak pernah ada habisnya. Mulailah menengok kanan dan kiri kita apakah layak kita bersanding didalam penderitaan orang yang berada disekitar kita.
Sebelum semuanya dipaksa lebih baik kita sadar akan apa yang kita lakukan. Seleksi Alam tidak main-main dalam membuat paksaan kepada kita, kepada orang-orang serakah yang memijakkan kakinya dilembut datarannya (bumi).
Mari kita terbarkan kebaikan dan mari bantu sesama, maksimalkan apa yang kita dapat, dan buat semuanya bermanfaat. Jaga keseimbangan alam ini agar dia tidak terbangun dari tidurnya. Semuanya tergantung dari kita, mau atau tidaknya ....
Salam Kreatif,
@rie fabian
0 comments:
Posting Komentar
Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.