Kenapa Cowboy ? Kenapa Kuda ? kenapa ini yang selalu dijadikan iconisasi sebuah produk rokok, padahal di Indonesia tidak ada cowboy dan sangat tidak masuk dalam budaya Indonesia. Mari kita simak bagaimana ceritanya.
Mari kita berawal dari sejarah singkatnya Marlboro terlebih dahulu, Marlboro lahir pada tahun 1847 dan pada saat itu berada di Inggris. Pada tahun 1920 Marlboro menyerang pangsa pasar wanita di Amerika Serikat. Marlboro pada saat itu menuai sebuah sukses dan alhasil mempunyai pangsa pasar wanita terbesar di Amerika Serikat.
Pada saat itu Marlboro mulai diresahkan dengan competitornya yang kebanyakan mengeluarkan produk rokok non kretek. Pada saat bersamaan itu juga Marlboro mulai mengusung konsep peringatan bahaya pada rokok yang non filter. Sebagai bentuk perlawanan terhadap kompetitor-kompetitornya.
Pada tahun 1950 Marlboro mulai mengkonsentrasikan produk rokok untuk Pria. Kampanye yang dilakukan oleh Marlboro pada saat itu adalah memberikan Iconisasi tentang Pria, mulai dari pria bertato sampai dengan Cowboy dan kudanya. Dan pada tahun 1963 Marlboro menentukan salah satu dari sekian banyak pilhan dari faktor keperkasaannya yang digunakan sebagai symbol Pria. Dan pilihan terakhir/finalnya jatuh pada Cowboy dan kudanya.
Jadi kita bisa bayangkan kampanye ini sudah dimulai dari tahun 1950 dan membrain wash kita lewat icon mereka si Cowboy dan kudanya. Lalu bagaimana ini terus dilanjutkan kepada dunia, bukankah asia terassa tidak cocok dengan symbol perkasa adalah cowboy ? mana ada cowboy di Indonesia bukan, lalu apa maksudnya dan bagaimana proses blend nya pada fikiran kita.
Menurut kutipan dari Steger, ketika citra dan gagasan dialihkan dari satu tempat ketempat lainya, maka akan berdampak besar pada cara orang menjalani kehidupan sehari-harinya. Ini yang membuat faktor budaya homogen. Pada saat kita melihat sebuah penayangan pada televisi bagaimana koboi-koboi itu nampak gagah di televisi, pada saat itu juga pencitraan koboi menjadikan seolah-olah buadaya yang sejenis.
Proses Amerikanisasi sangat kental dalam mengusung tujuannya. Pada awalnya budaya kita tidak mengenal koboi itu gagah dan jantan, kini tiba-tiba semua sepakat sekarang bahwa koboi itu gagah dan Jantan. Ditambahkan lagi ekspansi Amerika dalam bidang Ekonomi dan politiknya sangat kental menguasai seantero jagat bersambut dengan terkenalnya Amerika dengan negara Adidaya, maka hal inilah yang membuat dampak homogenik budaya.
Akhirnya kita mengakui sekarang bahwa Symbol Marlboro itu Jantan dan laki banget. Akhirnya yang terjadi sekarang adalah globalisasi budaya. Bahkan bukan hanya Koboinya saja yang sudah menjadi homogenik budaya, mulai dari gaya sampai seks bebasnya pun sudah menglobalisasi dan mendunia.
Amerikanisasi memang sudah menjadi trend pada saat dewasa ini. Dimana tidak sedikit dari kita yang terus menekuni budaya Amerika untuk diadopsi di Negeri kita tercinta ini. "Gak Amrik gak banget", bahkan sekarang kita sering menganggap bahwa budaya mereka (Amerika) memang sangat simple.
Itu sudah mulai menyerang beberapa sinetron di pertelevisian kita. Inilah yang dinamakan globalisasi Budaya, yang terus menggerus budaya lokal menjadi tersudut bahkan menjadi tidak terpakai kembali karena adanya proses Globalisasi budaya tersebut.
Maka dari itulah Marlboro tetap mempertahankan Iconnya sebagai lambang kuda dan Koboinya. Mereka telah melihat proses itu semakin kuat pada pencitraan dari rokok buatan Philip Moris ini.
Salam kreatif,
@rie fabian
0 comments:
Posting Komentar
Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.