Iklan :

10 Juli 2012

Don't judge a book by its cover


Kita terkadang memang sering kali melihat orang dari tampilannya, menilai dan mulai menanamkan persepsi kepada orang lain dari apa yang kita lihat. Lalu kita langsung tetapkan apa yang kita lihat menjadi seolah-olah itu benar adanya, ternyata salah. 

Postingan ini saya buat berdasarkan cerita dari kawan saya, dimana Ia adalah seorang yang bekerja satu kantor dengan saya pada saat itu (5 tahun yang lalu). Dulu dia adalah marketing dikantor tempat saya kerja dibilangan Cengkareng Jakarta Barat. Wajahnya yang menarik memang cocok sekali dengan profesinya yang seorang marketing. Cara berpakaiannya mengundang orang untuk makan siang dah pokoknya. 

Tapi saya salah satu orang yang sering berbincang dengan dia pada saat kita memang masih satu kantor. Setelah lama lost contact akhirnya dia menghubungi saya dan mengajak ketemuan disalah satu bilangan Jakarta. 

Pada saat itu saya kaget, karena dia sudah mengenakan Jilbabnya. 

Wow ... ini pasti ada cerita menarik disini. 

Ngobrol - ngobrol akhirnya sampai juga pada pertanyaan dimana saya menanyakan tentang Jilbab yang dipakainya. 

Why ? 

Lalu dia menjawab, pada saat itu ia sedang berjaya (pada saat selepas saya keluar dari kantor) ia terus saja dimanja oleh client. Dan selalu berhasil mendapatkan client yang dia mau. Namun jauh dari itu orang selalu menilai dirinya dari luarnya, tampak seperti wanita bandel, bisa diapa-apain, ditambah lagi dengan memang cara berbusanannya yang demikian sexy. 

Tidak jarang ia menerima telpon dari clientnya hanya untuk mengajak makan malam. Terkadang setelah dituruti makan malam, sang client minta "bubu bareng". Kejadian itu tidak sekali dua kali dia alami. 

Dia selalu yakin bisa mengandalkan jurus "Don't judge a book by its cover", meminta orang lain menghargai bahwa itu Ia jalani sekedar profesi, bahkan tidak lebih dari itu. Pada suatu hari Ia pun berfikir keras mencari jalan keluar dari masalah itu. 

Pada saat itu ada dua jalan keluar yang ada didalam fikirannya : 

1. Menyamakan content tulisan didalam buku dengan covernya
2. Atau memang merubah Covernya agar sama dengan Content bukunya. 

Akhirnya setelah dia fikirkan secara keras, Ia pun menggunakan jalan keluar yang kedua, merubah covernya agar sama dengan tulisan didalamnya. 

Dia keluar dari kantor itu dan merubah penampilannya, lalu sekarang bekerja sebagai marketing di sebuah Bank Swasta. 

Sungguh cerita yang menarik untuk saya, dan lagi - lagi kita tidak membicarakan ini permasalahan tentang kewajiban untuk menggunakan Jilbab. Jilbab pada saat itu memang menjadi jalan keluar bagi kawan saya itu persepsinya dia. Tapi jauh dari permasalahan Jilbabnya saya menghargai keputusannya. 

Mengambil keputusan dan akhirnya memutuskan pada saat kita sudah diambang kemapanan merupakan hal yang sangat sulit dalam hidup. Terkadang kita selalu dibuat dilema berkepanjangan pada saat kita harus memilih. 

Terkadang ada yang berlarut - larut didalam sebuah dilema tersebut, sampai akhirnya dia lupa akan jalan keluar yang sebenarnya dia sudah buat (2 pilihan tadi). Rasa takut terkadang selalu menyelimuti disaat kita ingin mengambil sebuah keputusan besar seperti ini. 

Pertanyaan saya pun pada saat itu adalah : 

"Pada saat ingin memutuskan memilih mangganti covernya, apalagi sampai keluar dari kantor, apakah tidak berat ?"

Karena saya sangat yakin itu pasti sangat berat. 

"Yakin aja rezeki Tuhan yang mengatur, kenapa harus ragu", Jawab dia. 

Memang dibutuhkan waktu yang agak lama untuk akhirnya memutuskan tersebut. Disamping karena sudah sangat terganggu dengan situasi pada saat itu, maka akhirnya dia memutuskan untuk langsung meng eksekusi pilhan kedua. 

Ini menjadi cerita yang luar biasa, dimana saya pasti akan mengalaminya dengan contoh soal yang berbeda. Maka dari itu saya tulis pengalaman kawan saya ini diblog saya untuk menambah pengalaman para pembaca blog saya. 

Selamat membaca.




Salam Kreatif, 



@rie fabian 













6 comments:

  1. Luaar biasa kawannya Arie..
    Saluut deh..

    BalasHapus
  2. kayak kata-katanya tukul dont-judge-book-by-its-cover
    janganlihat tampilannya tukul lihat dalamnya asooy mantabs broo aku suka gya loh

    BalasHapus
  3. Saya sering men-judge buku dari cover-nya. Kalo cover-nya jelek, jadi males beli. *denotatif*

    Salut juga sama temennya yang berani ambil resiko. Sementara ada yang justru rela buka jilbab demi dapet kerjaan.

    BalasHapus
  4. Untungnya saya tidak diberi sebutan “Bunga” dalam ceritanya mas Fabian … hahaha..
    Intinya menurut saya BAIK setiap orang bisa jadi berbeda versi, jadi tetap perlu saling menghormati BAIK versi masing-masing orang.
    But the most important is totality.
    Sebisa mungkin jadi BAIK yang maksimal, jangan cuma Lumayan / So So / Good Enough .
    Quality upgrade itu penting, dan waku terlalu berharga untuk jadi manusia BAIK biasa saja .
    Jadilah mengesankan untuk siapapun yang mengenal kita …
    Jadikan mereka bangga punya kita di bagian hidup mereka …
    And the last one … Jadikan sang Pemberi Nafas merasa tak sia-sia berinvestasi nafasNya bagi kita .

    Have a good life reader
    Semoga menginspirasi … 

    BalasHapus
  5. Nchie >> Itu orangnya ada diatas tulisan saya ...


    @rie fabian -
    www.fabianstudio.biz

    BalasHapus
  6. Fitri Hawa >>Thanks sudah membaca tulisan saya .


    @rie fabian -
    www.fabianstudio.biz

    BalasHapus

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.