Iklan :

22 November 2011

Dengan kita melihat kita bisa bersyukur ...


"Asal udah bisa makan, di Jakarta mah kita harus bersyukur", kata mas karyo kepada saya. 

Memang sulit sekarang hidup yah, dulu pada jaman Pak Harto kita tidak seperti ini, saya masih bisa mendapatkan pekerjaan yang tetap di Jakarta ini, lanjutnya kembali. 
Walaupun pekerjaan tetap yang dia maksud bukan seperti yang ada pada bayangan kita, yaitu kerja kantoran. Yang dimaksud dengan kerja tetap yah tetap menjadi tukang, hanya saja pekerjaan kala itu memang banyak sekali.

Begitulah obrolan saya dengan Pak Karyo disela-sela kita sedang mengerjakan bersama untuk project pembangunan sign age di Rumah sakit Jiwa Grogol. 

Terkadang obrolan yang seperti ini yang membuat saya selalu beryukur, bahwa saya memang tidak berada dalam dimensinya. Ini terkadang menjadi barometer tersendiri bahwa susah yang sering saya keluh kesahkan kepada Sang Pencipta tidak sesulit Beliau. 

"Seandainya waktu bisa diulang mas, saya ingin menjadi orang pintar seperti kebanyakan orang mas, saya ingin menamatkan sekolah jadinya, tapi itu sudah tidak mungkin, karena saya harus mengurusi anak-anak saya sekarang", Melanjutkan pembicaraannya. 

Begitu antusiasnya dia kepada kehidupan yang layak, seperti mimpi yang tidak mungkin tercapai. Bahkan beliau terkadang pesimis untuk meneruskan hidup ini. 

"Sebenarnya gak gitu juga pak, apapun yang kita lakukan Tuhan selalu menilainya", aku memberanikan diri untuk berbicara kepadanya. 

"Tuhan tidak memberikan rezeki kepada orang yang bersekolah saja, Tuhan Maha Adil, Tuhan Maha Tahu dan Tuhan Maha Melihat", lanjutku memberikan semangat. 

Jadi hidup ini memang dramatis menurut saya, dimana beliau menganggap saya memang sudah dikatakan layak untuk hidup, karena punya bekal ilmu yang cukup untuk meneruskan hidup ini. Padahal jika kita bedah lebih dalam lagi, tidak selalu benar fakta itu. 

Terkadang saya masih sering meminta kurang untuk mendapatkan lebih, terkadang saya masih mengeluh akan hidup yang selalu berganti-ganti ini, terkadang saya tidak sebesar dia dalam menyikapi hidup. 

Ini yang saya sering sebutkan dengan jodoh, dimana Sang Pencipta menjodohkan saya untuk ketemu dan berbicang dengan beliau, dimana saya harus mendengarkan keberuntungan saya lewat dia, terkadang saya memang harus disadarkan terus menerus. 

Ampun Tuhan, derita saya memang tidak sebanyak dia, tapi setiap hari mungkin Engkau bosan mendengarkan keluhanku akan hidup ini. Ampun Tuhan, Engkau telah mempertemukan saya dengan orang yang tidak seberuntung saya. Sekali lagi Ampun Tuhan ... 

Sesekali kita memang perlu melihat keluar, melihat ketidak beruntungan orang yang memang sudah ditetapkan demikian, agar kita tidak selalu sombong, agar kita tidak gagabah memandang hidup yang penuh dengan arti dan makna ini. 

Saya memang senang berbincang dengan orang yang kebetulan bekerja sama dengan saya. Disela-sela kerja saya suka mengadakan dialog kecil dengan cara mengajak makan bersama, mengopi bersama. Itu saya tujukan agar bisa mendekatkan diri secara emosional kepada orang yang saya ajak kerja sama. 

Sungguh Istimewa Tuhan menitipkan Rezeki beliau lewat saya, tidak ada yang pernah tahu sebelumnya jika saya harus bertemu dengan Pak Karyo ini. 

Terima kasih Ya Allah, sekali lagi Engkau telah mengajarkan kepadaku rasa beryukur. 



Salam Kreatif, 


@rie fabian 

11 comments:

  1. Tulisan yg inspiratif, membuat kita lebih peka terhadap sekitar. :)

    BalasHapus
  2. Subhanallah benar2 menggugah semangat dan introspeksi diri

    BalasHapus
  3. Terima kasih atas pujiannya ... kita memang harus sadar dan menyadari akan hal-hal yang dipertemukan olehNYA, karena dengan begitu kita bisa tahu seberapa beruntungnya kita.


    Semangat ...

    @rie fabian

    BalasHapus
  4. Salah satu contoh Potret Masyarakat yang sangat bagus dituangkan dalam tulisan ini, contoh masyarakat yang masih Prasejahtera, menyadari masyarakat seperti mereka bukan hanya kita hormati aja atau bahkan kita acuhkan..tapi alangkah lebih mulainya kita asih asuh asah ... kategori miskin mungkin sangat luas, ada miskin ilmu, miskin harta dll.. tp miskin secara keseluruhan yaitu Prasejahtera....
    semoga rakyat Indonesia menjadi rakyat yang sejahtera

    BalasHapus
  5. wah, artikel ini yang harus dibaca orng2 sekarang ini. mereka terkesan angkuh karena buta, tidak melihat ke sekitarnya.. salam kenal

    berkunjung juga ya ke blog ane.

    BalasHapus
  6. Semoga masih banyak orang Indonesia Seperti Anda

    BalasHapus
  7. wah setuju banget gan,,, salam kenal

    jangan lupa ya berkunjung an berkomentar juga di blog ane

    BalasHapus
  8. @sebab >> Terima kasih sudah berkunjung ...

    BalasHapus
  9. Untuk hidup hari ini >> Saya cuma merasa beryukur lebih dari mereka, dan mencoba berbagi kepada sesama manusia.

    Salam kenal.
    @rie fabian

    BalasHapus
  10. Agung >> terima kasih udah berbagi Link

    Salam Indonesia.
    @rie fabian

    BalasHapus
  11. Dilema >> terima kasih, silahkan share aja artikel saya.

    Nama Accountnya keren-keren banget yah ..

    @rie fabian

    BalasHapus

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.