Google Image |
Kita sudah melewatkan masa bermaaf-maafan saat idul fitri. Ini membawa saya untuk masa pespirasi (merenung) kembali. Apa hikmah yang saya dapat pada saat Ramadhan yang berjalan kemarin, dan apa hikmah yang saya dapat pada saat perayaan hari Idul Fitri kemarin.
Keluarga, saya semakin tahun semakin banyak keluarga. Bertambahnya keluarga disetiap tahun ini merupakan satu hikmah yang luar biasa. Dari yang belum menikah sekarang sudah menikah dan mempunyai anak kecil yang dibawa pada saat halal bi halal keluarga. Kami semakin akrab mengenal kata ukuwah Islamiah dengan menjalin tali silahturahim sesama keluarga.
Islam selalu mengajarkan benar bila kita mau selalu berfikir positif. Dimana pikiran kita tidak saling mencelakai saudara-saudara kita sendiri. Kita memang harus mewujudkan satu ikatan tali silahturahim dengan berkala agar kita selalu mengetahui ternyata dunia kita ini dipenuhi oleh saudara kita sendiri.
Dari situ kita bisa merasakan betapa bahagianya kebersamaan. Coba Idul Fitri setiap hari yah, pasti damai dunia ini. Rasa tenggang rasa sangat besar ada pada hari raya ini. Memang belum banyak yang pahal akan sebuah simbol maaf memaafkan satu hari ini.
Berbicara kata memaafkan sekarang, kita sudah banyak melihat pelencengan makna yang dibentuk ribuan tahun yang lalu. Bila pada zaman itu memaafkan datang kerumah seberapapun jauhnya rumah yang dimaksud, tapi berjalan kesana merupakan niat untuk bersilahturahimnya murni terjaga.
Betapa rasa bersalah yang teramat dalam jika kita tidak bisa mengunjungi sanak saudara kita yang nun jauh disana untuk berjabat tangan untuk memaafkan. Tapi bila kita lihat sekarang, mereka selalu berdalih kini jaman sudah semakin canggih, media penyampai pesan sudah teramat banyak, maka Islam itu mudah.
Benar saya setuju kepada kemudahan yang selalu ditawarkan oleh Islam. Tapi apakah pantas kita mengucapkan maaf kepada orang tua kita lewat media Facebook, Twitter, YM, BBM, Sms, dll ? Untuk saya tidak ada yang bisa menggantikan berjabat tangan kepada orang tua atau sanak saudara saya untuk meminta restu maaf kepada mereka. Karena rasa berjabat tangan sangatlah beda dengan rasa yang kita ucapkan lewat media sosial dan sebagainya.
Rasa berjabat tangan kepada orang tua kita sungguh tidak bisa tergantikan dengan apapun. Coba kita renungkan sejenak arti pentingnya berjabat tangan. Mari kita rasakan kepedihan mereka yang tidak pernah menuliskan teori-teori hidup mereka kepada blog mereka, dan saat kita minta petunjuk kepada beliau, mereka tidak berkata "Lihat saja diblog orang tua". Tentu kita merasakan kepedihan yang mendalam untuk mencium tangan kedua orang tua kita.
Mereka selalu ikhlas membimbing kita dalam mengarungi hidup sampai kapanpun juga, walau mereka tahu dunia Internet sudah banyak memberikan petunjuk. Coba difikirkan lebih bijak untuk yang satu ini.
Sense of social life in Indonesia sudah mulai bergeser teramat jauh. Dimana budaya ketimuran kita memang sudah banyak bergerak kepada era barat. Dimana kita menjadi individualis, menjadi lebih egois, dan lebih tidak mudah bergaul. Maka kita harus pintar mendudukkan masalah ini kepada tatanan yang lebih baik untuk masa esok generasi kita yang akan datang.
Salam kreatif,
@rie fabian
0 comments:
Posting Komentar
Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.