Wah mirip pengadilan aja kedengarannya. Tapi inilah demam yang terjadi pada Indonesia dewasa ini. Ketika sebuah omongan yang langsung kita pastikan itu adalah informasi maka perjalanan informasi anda pasti akan salah sampai akhir jaman.
Awalnya fitnah dimulai dari sini. Percaya atau tidak percaya kita buktikan faktanya. Noise komunikasi adalah satu informasi yang disampaikan berantai dengan pengurangan atau penambahan informasi dari tangan pertama kepada tangan terakhir.
Sebuah data yang kita dapatkan dari lawan bicara kita harus kita kumpulkan dahulu. Lalu setelah itu kita analisa dan lihat pembuktian dari fakta yang ada. Apakah ini bisa dijadikan informasi atau memang ini hanya sampah informasi.
Data tidak selalu informasi. Karena data yang mentah dapat saja menjadi sampah informasi. Jika kita langsung lemparkan kemabali satu informasi tersebut kepada orang lain, maka omongan yang anda sampaikan merupakan bagian dari fitnah. Jika begini, jika saya yang bilang ini adalah salah anda. Dan andalah sang penyebar fitnah.
Beratkan efeknya ? dari sesuatu yang sederhana atau kecil bisa berakibat fatal. Ini dikarenakan anda yang tidak membuat filter dalam mengumpulkan data untuk diolah menjadi informasi. Maka dari itu jika anda mendapatkan satu pembicaraan buktikan terlebih dahulu, jangan-jangan anda diharapkan menjadi penyampai pesan untuk sebuah sampah informasi yang sengaja disebarkan dari kawan anda sendiri.
Seperti efek getok tular pada ilmu komunikasi. Efeknya sangat dasyat untuk menjadi sati isu yang sangat buruk. Buktikan validasi data yang anda dapat dengan satu pembuktian-pembuktian logika anda. Apa motivasi orang tersebut menyebarkan pembicaraan itu, adakah dia diuntungkan atas pembicaraan itu, pelajari kembali faktor psikologis orang tersebut (apakah memang setiap omongannya bisa dipercaya atau tidak), dan yang paling penting jangan anda sampaikan kepada orang lain ketika pembicaraan itu belum bisa anda kaji terlebih dahulu.
Yah untuk sebagian orang yang gemar membicarakan orang enggan melakukan ini. Mereka biasanya tidak mau capek menganalisa yang mereka dapatkan. Jujur berbicara itu memang mengasyikan dibanding menganalisa. Tapi jauh dari itu hal yang paling penting adalah keakurasiaan berita yang anda sampaikan kepada orang agar tidak timbul fitnah yang berantai.
Sekedar mengingatkan, jika anda yang menjadi subyek bagaimana ?
Cobalah untuk belajar menghargai dari hal-hal yang kecil. Dari kecil bisa menjadi satu hal yang besar. Karena kalau kita terbiasa dengan menata yang kecil-kecil, maka anda akan tidak terasa menjadi besar. Mari kita tata komunikasi kita agar lebih menyenangkan.
Salam Kreatif,
@rie fabian
sayang nya kita lebih suka teriak dulu sebelum liat faktanya kaya apa..
BalasHapusbelum lagi ditambah hebohnya jejaring sosial yang ada,,,
satu informasi yang awalnay "A" bisa berubah jadi "z"
Nah itu yang saya katakan diperlukan kontrol dari pembaca dan penikmat dari artikel-artikel, gosip, isu yang beredar dalam dunia maya. Jika memang mempunyai fakta yang lemah jangan langsung disambung rasakan lewat blog pribadi masing-masing.
BalasHapusEfek ini yang memberhentikan sebuah fitnah yang terbukti kejam,
Salam Kreatif,
@rie fabian