Iklan,
artikel, Review terus mendorong Kita untuk menjadi yang paling
konsumtif dari pada yang lainnya. Kita terus disajikan oleh gambar dan
suara yang terus mengisi otak kita dengan sebuah Brand. Baru saja kita
selesai membeli satu brand lalu tidak lama lagi Brand tersebut akan
mengeluarkan versi terbarunya.
Yang
lebih mirisnya Kampanye Konsumen bijak nyaris tidak terdengar suaranya.
Padahal kalau dilihat-lihat fenomenanya banyak yang terjebak dengan
Konsumtif kebablasan. Ketika seorang karyawan terjebak dengan tagihan
kartu kreditnya karena hampir setiap bulan dia terus mengganti gadgetnya
akibat salah pergaulan itu sudah bukan barang baru lagi gue liat.
Salah
dia sendiri dong, kata beberapa temen gue, dan gue memang sepakat sih.
Tapi alangkah indahnya jika Kita juga dapat himbauan dari Pemerintah
pesan-pesan tentang pemberitahuan konsumen bijak.
Gue
sering banget datang kekantor client dan terjebak pada pertanyaan "Bro,
Brand A mengeluarkan serie terbaru, menurut lo gue perlu beli gak ?"
Semata-mata
itu dia beli hanya untuk meningkatkan strata, biar dibilang update, gak
ketinggalan dari teman-teman yang lainnya. Yang jadi momok buat dia
adalah, ketika dia hangout dengan kawan-kawannya dia takut diketawain
karena gadgetnya gak update.
Ini salah dimananya kalau menurut lo sebagai pembaca blog gue ?
Gue
fikir Sosialita itu cuma julukan buat ibu-ibu doang, Bapak-bapak juga
banyak bro, he he he. Biar gue kasih tau semuanya berdasarkan fungsi
aja, tapi akhirnya tetap aja dia beli ada saat gue ketemuan selanjutnya.
Dia pasti bilang, fitur ini tuh buat apa yah bro ?
Dan
Dia sama sekali tidak memaksimalkan gadget yang versi terbaru,
melainkan hanya mengejar bentuknya saja. Biasanya gue nanya gini, Yang
lama kemana Pak. Kalau ada gue pasti bisa dapat gadget yang belum
ketinggalan jauh banget dengan harga murah, bingo.
Tapi
diujung bulan dia selalu bilang kegue, tagihan kartu kredit gue banyak
amat yak. Gue pengen ketawa rasanya dan bilang sama dia, selamat Anda
sudah terjebak didimensi Konsumtif yang kebablasan. Tapi sayangnya gue
gak tega ngomongnya, jadi yah ikut prihatin aja.
Hidup
dikota Jakarta ini gak susah-susah amat sebenernya. Memang betul cari
duit gampang disini, gue akui itu kok. Cuma yang jarang selamat yang
tidak bisa memilih pergaulan saja sebenarnya. Dimana akhirnya dengan
gaji yang besar tiba-tiba pengeluaran pun membesar, dengan gaji yang
sedikit juga tidak selalu berimbang dengan pengeluaran.
Miris
dengan para Konsumen sekarang ini sebenarnya, dan sudah diambang
kekhawatiran sebenarnya. Mudah-mudahan tulisan gue ada manfaatnya,
minimal kalau memang baca tulisan gue dan sudah segitu konsumtifnya, ada
baiknya deh lo therapy kartu kredit. Kalau memang belum menjadi yang
sekonsumtif itu dijaga aja ritmenya, jangan sampai masuk kedalam dimensi
yang gue bilang tadi.
Selamat menjalankan Ibadah Puasa men temen.
Konsumtif kebablasan = ini udah mendarah-daging di masyarakat indonesia :D
BalasHapusSetuju ... memang budaya konsumtif terus didorong agar kita lupa cara membuat. Dan ini memang harus dibarengi oleh karya cipta negeri sendiri agar bisa memulai dari kita untuk kita dan oleh kita. Terima kasih sudah berkunjung keblog saya ....
BalasHapus