30 November 2011

Kesendirian itu tidak selalu menghasilkan hal yang Negatif


Kesendirian yang terkadang membuat saya lebih dewasa, kesendirian yang mengajarkan saya untuk melihat apa yang tidak terlihat,  dan kesendirianlah yang membuat kita dapat berfikir dengan legowo. 

Dalam hidup terkadang kita menemukan dimana kita hanya seorang diri yang harus menyelesaikan masalah. Seakan orang orang sudah tiada lagi yang peduli terhadap diri kita sendiri. Banyak sekali yang datang dan bercerita tentang kesendiriannya, saya terkadang bertanya kepada diri saya, apakah ini sebuah masalah yah ?

Kesendirian ini bukan konteks dalam hubungan berumah tangga, ini kepada fokus dimana kita berada ditengah masyarakat. Terkadang kita terbesit dibenak kita bahwa pada saat orang lain datang membutuhkan bantuan kita lalu kita menolongnya, namun pada saat kita yang membutuhkan bantuan seakan orang tidak peduli sama sekali dengan kita, saya sering sekali dicurhati seperti ini. 

Konteks bersahabat, berteman dan bermasyarakat hampir sama semuanya. Dimana kita harus saling berinteraksi dengan satu sama lain. Namun semuanya selalu berdasarkan dengan saling membutuhkan, karena itulah teori sosial itu ada. Namun sifat Ego sentris yang terkadang mengganggu jalan fikiran kita dan mengakibatkan kita terlarut terlalu dalam kepada sebuah persoalan. 

Dimana kita bisa melihat segala sesuatunya hanya berpandangan kedalam diri kita sendiri. Sebuah ketidak adilan yang digambarkan dalam hati kita belum tentu merupakan hasil pandangan yang objektif untuk satu permasalahan. Harus kita fikirkan betapa orang lain pun mempunyai masalahnya sendiri-sendiri. 

Jangan minta dimengerti, tapi mengertilah tentang orang lain. Jangan berfikiran jika saya yang susah kayaknya tidak ada yang bisa membantulah, tidak bisa menolonglah, dsb. Fikiran itu yang terus kita kembangkan sehingga menjadi paradigma negatif. karena itu secara terus menerus dikembangkan melalui visual yang sudah diawali dengan negatif. 

Inilah yang terkadang mengganggu hubungan interaksi manusia. Berdasarkan negatif yang pertama kalilah kita akhirnya mendapatkan sebuah pemikiran-pemikiran yang negatif seterusnya. Yakini selalu Tuhan itu memberikan masalah beserta jawabanya. Ibarat orang sekolah jawabannya sudah ada dipelajaran kita duduk dibangku yang baru, dan setelah itu barulah ujiannya datang. 

Memang terkadang tidak mudah untuk menerapkan itu, karena saya sendiripun terkadang gagal menguasai pemikiran negatif tersebut. Namun jika memang saya sudah terlalu jauh terbawa oleh pemikiran yang negatif, maka saya akan berusaha menetralisirkan kembali, dimana positif saya kembangkan sehingga pemikiran menjadi balance/ seimbang. 

Kan namanya juga manusia, tempatnya salah. Namun bukan berarti kita selalu mencari teori pembenaran tentang kemanusiaan kita kepada banyak hal. Belajar jadi manusia sempurna itu perlu, walaupun kita tahu tidak ada manusia yang sempurna. Namun setidaknya kita bisa mencobanya, agar dunia bisa kembali tersenyum. 

Coba lihat wajah dunia yang sudah dipenuhi dengan kebencian, dimana rasa negatif pada saat sekarang ini lebih besar daripada Positifnya. 

Jika sudah demikian kedamaian dimuka bumi ini akan semakin jauh dan pergi. Yang ada selalu krisis kepercayaan kepada siapapun kita berhadapan. Rasa curiga terus dikembangkan didalam fikiran pada saat kita bertemu dengan orang lain. Akhirnya yang rugi diri kita sendiri, karena akan sulit berkembang dan seimbang dengan masyarakat sekitar. 

Sudahlah tidak usah memikirkan salah siapa dengan negara ini, tapi fikirkanlah kita bisa berbuat lebih baik dari hari demi hari. Dengan demikian kita bisa terjauhi dari rasa pemikiran yang selalu negatif terhadap orang lain. 

Semangat untuk berbagi, semangat untuk memberikan dan menanamkan rasa positif baik pada diri sendiri maupun orang lain. Mari kita rubah muka bumi dengan senyuman dan sifat positif yang bertambah dari hari ke hari. 


Salam kreatif, 


@rie fabian 

4 komentar:

  1. Kerennn.. dari hati banget bang Ari

    jempol dua dah

    BalasHapus
  2. hahahahahahaha ..
    kenapa bisa dapat kesimpulan begitu ??

    @rie fabian

    BalasHapus
  3. Manusia sempurna memang tidak ada karena manusia bukan Tuhan tapi manusia mulia ada, manusia yang beserta Tuhan.. outputnya pasti tidak merusak, tidak berselisih, berbuat kebaikan.
    mengeluh adalah tanda jiwa yang lemah
    jiwa yaitu : pendengaran, penglihatan, penciuman, hati, pikiran.

    tetap berkreatif dan berbuat baik agar jiwa kita 24 jam selalu positif yang bijaksana..

    thanks browie

    BalasHapus
  4. Mantab kang aji ...
    Saya selalu dukung program you dah pokoknya ..


    Salam Kreatif,

    @rie fabian

    BalasHapus

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.