Iklan :

8 Oktober 2012

Suasana Dari Sebuah Design


Kenapa kita menjadi takut ketika kita melihat sebuah Design yang berlatar belakang hitam, yang mempunyai tulisan lapuk (berdarah - darah). Lalu kenapa kita merasakan aroma yang romantis ketika kita melihat sebuah design dengan latar yang cokelat, dengan gambar sepasang kekasih, dan awan yang selalu mengimbanginya. Itu semua dikarenakan suasana yang sengaja dibangun dalam sebuah design. 
Sedih, seram, gembira, dan semua emosional rasa memang diciptakan oleh sebuah visual untuk mengantarkan rasa kepada penikmat visual itu sendiri.


Hal yang paling mudah untuk kita pelajari melalui visual poster film. Mereka dalam pembuatannya tidak pernah salah sasaran dalam menciptakan visual. Membangun rasa penasaran sehingga para penikmat film akhirnya bisa ikut merasakan sebuah suasana yang dibangun lewat visualnya. Memang tidak mutlak suasana itu dibangun oleh Posternya saja. 

Karena terkadang kita melihat sebuah thriller dari sebuah filmnya baru bisa kita jadikan refrensi sebagai film yang harus kita tonton di Bioskop kesayangan kita. 


Saya paling suka melihat sebuah visual yang ditawarkan melalui medium poster mereka. Karena dari sana saya berusaha mempelajari suasana, gaya pengaturan font nya, layout yang selalu memiliki gaya yang selalu baru, menjadikan refrensi dalam pembuatan satu layout visual grafis saya. 


Suasana menjadi pemikiran utama dalam membangun sebuah visual. Dimana harus bisa mengatakan rasa dalam bentuk suasana didalam visual yang akan kita buat. Sehingga kita dapat memainkan beberapa rasa emosional kepada penikmat visual kita. 

Dalam mengeksplorasi susasana kita bisa melakukan pendalaman materi atau berdasarkan pengalaman yang kita alami atas apa yang akan kita buat visualnya. Rasa itu tidak bisa dibuat - buat atau dimanipulasi. Karena rasa dari ketidak jujuran pesan yang akan kita sampaikan lewat visual akan menjadi terlihat fiktif nantinya. 


Dengan begitu biasanya kita sering lihat designer memiliki kemampuan sendiri - sendiri dalam membidik clientnya. Ada yang memang khusus menangani medical saja, ada yang khusus menangani permasalahan teknologi saja, ada juga yang kadang khusus menangani permasalahan food and bavarage. Sama halnya seperti fotografer, tidak semua fotografer mampu membidik suasana pada semua objek yang akan diambilnya. 


Semua kembali lagi kedalam pengalaman yang dalam akan pengertian sebuah objek tersebut. Maka tak jarang beberapa designer juga terus mengekplorasi rasa melalui berkunjung dari tempat yang satu ketempat lainnya. 

Seperti halnya bila kita ingin membuat sebuah konsep untuk sebuah makanan atau resto. Kita tidak bisa menerima bahan mentah dalam bentuk gambar lalu langsung menuangkan layout - layout untuk pembuatan beberapa materi visual mereka. Yang biasa saya lakukan adalah mengunjungi resto tersebut, mengamati pengunjung, kalau memang mereka baru mau opening, yang saya lakukan adalah menginterview pendirinya, pencapaian yang ingin ditujunya, segmen yang disasarnya, jika memang itu untuk media singage toko maka saya biasanya melakukan kunjungan ketempat dimana mereka akan buka tempat makan tersebut. 

Dengan begitu kita bisa mendapatkan suasana yang kita rasakan melalui ceritanya, melalui refrensinya, melalui tatap muka langsung dari sang client kita. Berbeda rasanya bila kita hanya melihat sebuah creative brief melalui sebuah file didalam email. Walaupun biasa saya lakukan juga, jika memang itu untuk jarak yang sangat jauh.

Karena dari sebuah visual akan tercipta kesan, dan sebuah kesan akan mengarahkan kita kepada persepsi harga. 


Bila kita gagal dalam membangun kesan, maka persepsi harga akan menjadi blurring dan itu berarti pesan yang ingin kita sampaikan tidak berjalan dengan mulus. 

Contoh Visual Design 
Walaupun kelayakan harga bisa dilihat dari banyak hal, tapi setidaknya visual design yang benar dapat memberikan stimulan tertentu bagi penikmatnya untuk memutuskan membeli atau tidak. Makanya tidak salah jika kita ikut merasakan kedalam suasana visual yang kita lihat, kepantasan rasa mahal murahnya sebuah produk dengan mencobanya, untuk mengapresiasikan visual yang akan kita buat. 

Perasaan itu memang bisa dibangun, tapi jangan terlalu banyak berkhayal dalam membangunnya. Rasakan apa yang ingin kita buat secara visualisasinya, baik pengalamannya ataupun semangatnya. 

Selamat membuat visual. 




Salam Kreatif, 


@rie fabian - 




2 comments:

Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar dibawah ini.